-Maaf part pendek-
*****
Siang itu udara terasa sangat panas, sepanas hati Pak Ario yang melihat istrinya sedang belajar kelompok dengan seorang lelaki. Sebenarnya dirinya tidak rela jika harus membiarkan sang istri seperti itu namun apalah daya profesionalitas harus tetap dia junjung tinggi. Dari jauh Pak Ario terus memperhatikan Rara dan Nunu yang sedang berdiskusi dengan anteng. Lama sekali dirinya memperhatikan hingga tak terasa sudah sejam dan kedua anak manusia itu belum menyelesaikan kerja kelompoknya. Hemmmm,,, Ario menghela nafas kesal. Dirinya sudah tak tahan lagi, segera menghampiri Rara dan Nunu yang sedang tertawa ngakak entah apa yang mereka bicarakan.
"sayang" sapa Ario dan dua anak manusia itu menghentikan tawanya
"Eh Mas Ario" balas Rara
"Pak Ario, silahkan duduk pak" tawar Nunu
"Belum kelar Nu?"
"Dikit lagi Pak"
"Kurang apa emang?"
"Bikin kesimpulan Pak"
"lanjutin gih"
"Eh, iya Pak"
Rara dan Nunu kemudian melanjutkan tugas kelompok mereka dengan ditunggui oleh Pak Ario. Tentu saja kehadiran Pak Ario membuat keduanya tidak leluasa seperti sebelumnya. Rara menyadari perubahan sikap Nunu menjadi sedikit tidak enak. Walaupun diluar Nunu tampak woles tapi sebenarnya dia juga grogi jika harus diawasi oleh Pak Ario seperti ini. Setelah 30 menit berlalu, mereka kemudian memutuskan untuk mengakhiri kerja kelompok tersebut. Rara dan Pak Ario pulang bersama sedangkan Nunu masih ada urusan di Kampus. Saat di mobil Rara bermaksud mengutarakan ganjalan di hatinya.
"Mas, kenapa sih tadi pake nyamperin?"
"Maksudnya?"
"Ya itu pas aku kerja kelompok sama Nunu,kenapa Mas Ario pake nyamperin segala? Kan aku udah bilang kalau kelar ntar aku ke ruangan Mas Ario" Pak Ario hanya diam tak menanggapi ucapan Rara.
"Turun, kita udah sampai. Langsung ke kamar" ucap Pak Ario kepada Rara
Rara mengikuti Pak Ario menuju kamar mereka di lantai 2. Saat melewati ruang tv ada kedua anaknya yang sedang belajar, Rara kemudian menghampiri mereka dan mencium kedua bocah kesayangannya.
"mama baru pulang?"
"Iya sayang, kalian udah makan?"
"Udah ma"
"Mah, Chila tadi bikin gambar. Mama mau lihat nggak?"
"Wah pasti bagus, mana nak?"
"Ini mah"
"Bagus banget, kalau Neno tadi ngapain aja nak disekolah?"
"Neno tadi bikin kolase mah, terus dikumpulin ke Bu Guru. Dapat bintang lima"
"Berarti Neno juga pinter dong kaya kak Chila."
"Iya mah"
"Mamah kok nggak ganti baju? Ntar papa marah loh kalau dari luar nggak ganti baju terus main"
"Emang gitu kah kak?"
"Iya mah, dulu pernah papa marah gara-gara dari luar gak ganti baju gak bersih-bersih langsung main"
"Ya udah mama ke kamar dulu ya nak"
Saat berpaling, Rara mendapati Ario tengah menatapnya dengan tatapan tak bersahabat. Rara melangkahkan kakinya menuju kamar dan Ario mengikuti langkahnya. Setelah memasuki kamar, Rara kemudian ke kamar mandi dan bersih-bersih. Selesai bersih-bersih, dirinya melihat Pak Ario sedang duduk di atas ranjang. Rara kemudian duduk di samping Pak Ario.
"Mas..kenapa diem aja?"
"Mas nggak suka kalau dari luar rumah nggak bersih-bersih dulu apalagi langsung main sama anak-anak. Kita nggak tau apa yang nempel di tubuh kita dari luar sana"
Deg..
"Rara tadi cuma mau nyapa anak-anak"
"Hem,, jangan begitu lain kali"
"Mas Ario tadi kenapa pake nyamperin aku segala?"
"Maksud kamu?"
"Mas aku tuh nggak enak sama Nunu, Mas pake nyamperin kita yang lagi kelompokan. Rara itu bisa jaga diri, kita juga kelompokan di tempat umum"
Tanpa sadar, Rara menaikkan oktaf suaranya dan marah-marah kepada suaminya. Ario yang menghadapi hal demikian, hanya menghela napas diam.
"sini kamu ra" perintah Ario
"Apa?!"
Ario kemudian memeluk Rara dan mengecup lengan wanita yang sudah menjadi istrinya itu.
"Mas marah sama kamu" bisik Ario dalam pelukan mereka. Ario marah tapi tidak membentak Rara, malah memeluk istrinya dengan hangat dan mengecup beberapa kali. Membisikkan kata-kata dengan santun dan lembut, sungguh baru kali ini Rara diperlakukan demikian.
"Mas nggak suka istri Mas suaranya lebih tinggi daripada Mas" Cup, satu kecupan mendarat di pipi Rara.
"Mas juga nggak suka kalau mata ini menatap Mas dengan tajam," cup cup, dua kecupan mendarat di kedua mata Rara yang masih melotot.
"Mas cemburu jika istri Mas tertawa bersama lelaki lain" cup cup, kedua tangan Rara dikecup oleh pak Ario
"Dan mas nggak suka kalau bibir ini tersenyum manis ke arah lelaki lain," satu kecupan dan diakhiri ciuman panjang.
"sekarang Mas udah nggak marah, kamu istirahat yaa. Mas mau nemenin anak-anak dulu"
Rara masih tercengang, dirinya merasa sangat beruntung memiliki suami yang sabar. Pak Ario melangkah kakinya menuju pintu, Rara terkesiap dan segera memeluk punggung Pak Ario.
"Maafin Rara yaa Mas"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
AcakRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...