"Darimana aja kamu Ra?" tanya Fani begitu aku memasuki apartemen."
"Ngelarin tugas"
"Masa? Kirim email doang ampe 3 jam"
"Ngerjain lainnya, biar kelar semua"
"Yang bener?"
"Iya Fan"
"Tuh ada chicken fire dibeliin kak Andi"
"Makasih, Kamu udah makan Fan?"
"Udah tadi sama kakak, kita mau nungguin kamu tapi kelamaan yaudah kita makan duluan. Mandi gih, terus makan"
"Ya udah aku kedalam dulu Fan"
"Sok atuh"
Aku kemudian masuk ke kamar dan bersih-bersih. Selesai ganti baju aku menghampiri Fani yang sedang berada di meja makan.
"maaf ya Fan, ngga sempet bantuin kamu beres-beres tadi"
"Sans aja, ada kakak kok"
"Bunda gimana? Izinnya mudah nggak?"
"Awalnya sih negosiasi dulu tapi it's oke semua bisa diatasi"
"Kak andi pulang jam berapa tadi?"
"Kakak tadi pulang sekitar 15 menit sebelum kamu balik"
"Kak Andi nggak marah kan Fan sama aku gegara aku telat?"
"Nggak sih, cuma tadi agak cemas takut kamu kenapa-kenapa"
"Nanti deh aku telepon kak Andi"
"Ra, nih abisin nasinya"
"Dimakan berdua ya Fan, aku agak kenyang"
"Ya udah ayo"
Kami kemudian makan dalam diam, menikmati lezatnya makanan yang ada dihadapan kami. Selesai menikmati makan malam, aku dan Fani duduk di depan tv.
"Ra, kamu tadi kenapa lama banget?"
"Akkkku..Aku ketemu Pak Ario"
"Dimana?"
"Di kafe tempat kita nongkrong tadi"
"Lah terus gimana?"
"Ya gitu dia ngejelasin soal si cewek itu, dia bilang cewek itu rekan bisnisnya trus mereka ke hotel karena meeting urgent."
"Tapi aku kok ragu ya Ra, jangan mudah percaya deh kalau dia ngga nunjukin bukti. Bisa aja dia sebenernya check-in trus ena-ena."
"Bener juga ya Fan,"
"Iya, jangan asal iya iya wae. Aku ngomong gini karena aku nggak mau kamu terluka Ra. Biasanya mah orang kalau udah bucin suka nggak objektif mikirnya."
"Siapa juga yang bucin?"
"Ya kamu tuh sama Pak Ario"
"Mana ada"
"Dari gelagatmu aja kelihatan, kita ini kenal nggak sehari dua hari Ra, aku udah hapal sama kamu"
"Kali ini kamu salah Fan,"
"Ya udah deh terserah kamu aja Ra. Trus Pak Ario bilang apa lagi?"
"Dia ngajak balik kerumahnya"
"Kamu mau Ra?"
"Nggak tau juga sih, bingung" "Terus rencana kamu apa sekarang?"
"Aku mau gini aja dulu, me time terus main sama kamu"
"Me time mulu"
"Capek Fan"
"Yang capek yang mana nih? Badan apa mentalnya?"
"Keduanya sih kalau aku"
"Ya udah istirahat aja dulu, dipikirin pelan-pelan ntar juga ketemu maunya apa enaknya gimana"
"Iya Fan,"
"Ra, semester depan kita udah nyusun tesis loh. Kurang 4 bulan lagi. Kamu udah ada gambaran?"
"Nggak tau Fan, masih abu-abu. Ibarat orang ngegambar, aku aja belum beli buku gambarnya hehehe. Kalau kamu?"
"Aku rencana mau di perusahaan kakak aja deh, biar cepet kelar"
Tinggal 4 bulan lagi aku terikat kontrak dengan Pak Ario, dulu aku meminta agar kontrak kami dibuat 1 tahun dulu dan Pak Ario menyanggupinya. Memikirkan kontrak yang hendak habis, aku jadi teringat anak-anak. Gimana mereka nanti kalau aku tinggal. Dahlah ngapain mikirin hal gitu, toh ada bapaknya. Sekarang juga aku udah ninggalin mereka. Tapi,, apa aku tega ninggalin dua bocah manis itu, gimana kalau mereka ketemu ibu tiri yang barbar terus mereka disakiti. Nggak.. nggak.. Mereka itu anak yang baik, nggak boleh ada yang nyakitin mereka termasuk bapaknya.
Plak..
"Aduh, sakit Fan"
"kamu mikirin apa sih Ra, dari tadi bengong mulu, diajakin ngomong diem aja" aku kemudian beranjak dari sofa.
"Dahlah, aku mau tidur Fan. Makasih geplakan mautnya." "Ngambek ya?"
"Nggak"
"Sorry Ra"
"Aku nggak marah nyet, dah aku mau tidur capek."
"Eh tungguin Ra"
"Buruan"
Aku dan Fani kemudian menuju kamar dan bersiap untuk beristirahat. Badanku rasanya capek dan sudah kehilangan energi.
~~~~~
"Fan hp kamu bunyi tuh"
"Biarin paling juga alarm" selang 1 menit kemudian.
"Eh bunyi lagi tuh, bangun gih siapa tau penting"
"Biarin Ra, ini masih pagi buta."
"Dari Kak Andi Fan"
"Buset, ngapain sih tuh orang pagi-pagi dah nelpon aja"
👧=Halo kak
👦=Bukain pintu
👧=Ngapain sih pagi buta
🧑=Pagi buta darimana, ini. udah jam 7. Buruan bukain
👧=Ya deh
"Ra boleh minta tolong?"
"Apa?"
"Tolong bukain pintu dong, ada kak Andi"
"Oke"
Rara kemudian menuju pintu apartemen dan membukakan pintu untuk kak Andi.
"Mana Ra anak itu, pasti masih ngebo"
"Hehehe iya kak"
"Biar kakak bangunin, nih ada sarapan dari bunda. Kita sarapan bareng ya"
"Iya kak, makasih ya"
"Tentu"
Kak Andi kamudian menuju kamar dan membangunkan adeknya.
"Bangun dek dah siang"
"Apaan sih kak"
"Bangun woy"
"Bentar"
"Apanya yang bentar? Ngga ada bentar-bentar. Bangun nggak"
"...."
"Oh jadi mau disiram pake air es nih?"
"Kakak rese banget sih"
"Buruan bangun terus mandi, kakak tadi bawain masakan bunda"
"Bunda masak apa kak?"
"Iga bakar kesukaan kamu, ntar kalau kamu ngga bangun kakak abisin sama Rara"
"Iya deh, aku bangun. Tunggu di meja makan ya"
"Iya"
Kak Andi melangkahkan kakinya menuju meja makan dan meninggalkan kamar. Di meja makan Rara sedang menata lauk dan piring untuk sarapan mereka.
"Pagi Ra"
"Pagi kak"
"Kemarin pulang jam berapa?"
"Jam 11 hehehe"
"Kenapa lama banget? Ada urusan?"
"Sedikit sih kak"
"Soal kuliah?"
"Bisa dibilang begitu"
"Kakak cemas loh mikirin kamu kenapa baliknya lama banget."
"Hehehe makasih ya kak udah peduli sama Rara, maafin Rara ya udah bikin kakak cemas"
"Aih, gemes banget sih dek"
"Kak Andi ih, jadi malu aku"
"Hehehe"
"Jadi gimana? Udah bisa ambil keputusan?"
"Masih abu-abu kak"
"Kenapa?"
"Rara masih bingung, masih nimbang ini itu"
"Kamu kayak warung aja banyak yang ditimbang"
"Kakak mah, Rara serius ini"
"Hehehehe, apapun keputusan kamu selalu kakak dukung. Kakak ada dipihak kamu, nggak usah mikirin biaya kuliah kakak mau kok bantu kamu."
"Makasih ya kak"
"Iya dek"
Fani muncul dari kamar dan menghampiri mereka.
"Ehem.. kalian berdua ngomongin apa sih. Seru amat."
"Ada deh," jawab kak Andi
"Apa sih Ra?" tanya Fani kepo
"Rahasia dong Fan" jawab Rara
"awas ya kalian"
"udah, gak usah dibahas. yuk sarapan kakak udah laper" ajak kak Andi
Mereka bertiga kemudian menikmati sarapan paginya. Selesai sarapan, Rara dan Fani seperti biasa duduk di sofa ruang tamu. Sedangkan kak Andi sudah berangkat ke kantor. Hari ini mereka berdua berangkat ke kampus agak siangan karena memang jadwal mereka juga siang.
"Ra, hp kamu mati ya"
"Eh iya lupa aku. Tadi malem kehabisan batrei, trus aku charger. Bentar ya aku ambil dulu dikamar."
Rara kemudian mengambil hpnya dan menyalakan hp tersebut. Dia teringat permintaan pak Ario agar membuka blokirannya. Rara kemudian membuka blok pada pak Ario. Tak berselang lama setelah blok dibuka, puluhan pesan dan belasan panggilan tak terjawab memenuhi notifikasi hp Rara. Tentu semuanya berasal dari satu orang yaitu Pak Ario. Rara membuka semua pesan tersebut tetapi tidak membalasnya. Dia jadi membayangkan bagaimana ekspresi pak Ario saat dia mengacuhkannya. Sedikit senyum simpul terbit dari wajah Rara, apa benar dia telah jatuh hati pada sosok pak Ario?
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
AléatoireRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...