29. MAAF

465 37 2
                                    

TYPO BERTEBARAN
koreksi jika ada kesalahan

•••••

HAPPY READING

______________________________

"Terus kamu dapat kerjaan itu semua dari siapa?"

"Dulu, kalau aku pulang pesantren aku selalu nyari kerja sana-sini, di situ aku pengen punya uang sendiri, aku gak mau terus-terusan apa-apa dari Ustadz. Di situ aku belum cerita tentang masalah aku, makanya Ustadz gak curiga kalau aku niat pulang itu buat kerja, tapi aku bilangnya aku mau pulang kerumah keluarga, padahal keluarga aja udah pada ngak ada."

"Waktu itu, aku cari kerja terus apa aja yang penting halal. Aku jualan ini itu, tanpa mikirin aku cape gak nya, yang penting aku dapat uang."

"Seiring berjalan nya waktu, celengan hasil aku kerja cukup buat aku buka usaha sendiri. Dan ya, dengan izin Allah aku bisa sampai sekarang, gak tau aku juga bisa sampai titik sekarang."

"Sampai saatnya aku bisa bikin perusahan  sendiri, jadi kaya gini sekarang," di akhir kalimatnya Zaky tersenyum kearah Zakia yang dari tadi hanya menangis.

"Kok nangis, hm?" Zaky terkekeh melihat Zakia yang dari tadi air matanya terus turun.

Zaky membawa Zakia kedalam pelukan dengan tersenyum, padahal dirinya tidak menangis dari tadi malah istrinya yang menangis. "Udah, ya." Zaky mengelus rambut Zakia yang tertutup dengan kerudung.

"Udah sayang."

Lama mereka pelukan, sampai suara bel yang menganggu pelukan mereka. "Lepas dulu ya, itu orderan makan mungkin," pinta Zakia dengan suara yang serak, seraya melepas pelukannya.

"Ih, ganggu aja."

Zakia keluar segera membawa orderan makanan yang Zaky pesan tadi. "Mbak astaghfirullah, saya dari tadi nungguin 1 jam di sini, sudah di telpon juga tapi gak diangkat, ya Allah Gusti nu agung," kesal Mas nya ini bosan menunggu orang rumah tidak keluar juga.

"Maaf ya, Mas. Ini sebagai gantinya saya tambahin uangnya ya, sekali lagi saya minta maaf," ucap tak enak Zakia.

Bagaimana bisa Zaky dan Zakia tidak mendengar suara bel, atau pun telpon. Mungkin saking mendalaminya Zakia mendengar curhatan Zaky. "Alhamdulilah nggak sia-sia juga nunggu 1 jam, ada hasil juga. Kalau begitu makasih ya, mbak. Assalamu'alaikum."

"Kamu tahu? Mas kurir tadi nunggu diluar 1 jam, kenapa gak kedengarannya, ya?" heran Zakia.

"1 jam?" tanya Zaky

Zakia mengangguk. Untung Mas nya sabar kalau tidak, mungkin rumah Zaky akan didobrak. Mereka memakan makanan yang dipesan tadi dengan satu piring berdua, sudah pasti itu adalah permintaan Zaky.

Pukul 7 malam Zaky bersiap-siap untuk sholat isya, ia tidak pergi ke masjid karena mendapati istrinya yang sedang halangan. Jadi tidak tega meninggalkan  Zakia yang kesakitan perutnya sampai berguling sana sini di kasur. "Sakit banget ih," keluh nya, Zakia paling malas jika haid hari pertama, rasanya tuh sakit sakit sakit banget.

Setelah melaksanakan sholat isya, Zaky langsung membawa Al-Qur'an kecil. Zakia yang sedang menyandarkan kepalanya di kepala ranjang pun menatap heran Zaky, Zaky yang grasak-grusuk untuk bisa tiduran dipaha Zakia. "Kamu ngapain?"

Tidak menjawab pertanyaan Zakia, Zaky langsung saja membaca surat Al-Mulk dengan tangan yang mengelus perut Zakia.

Zakia yang melihat tingkah laku suaminya pun hanya bisa tersenyum. Zakia dengan gemetaran memegang rambut Zaky dan mengelusnya. "Enakan gak?" tanya Zaky yang terus mengelus perut rata Zakia.

KAMU UNTUK AKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang