42. KHAWATIR

286 26 0
                                    

TYPO BERTEBARAN
KOREKSI JIKA ADA KESALAHAN

•••••

HAPPY READING

______________________________

Setalah kejadian dimana Edam kepergok mencium Echa, ia langsung menyadari perbuatannya. Sungguh, Edam tidak pernah anak niatan untuk mencium anak orang, yang ia rasakan waktu itu adalah seperti ada yang menuntutnnya untuk melakukan itu.

Hal ini membuat Rio melotot, sampai mau keluar malahan. Rio tidak menyangka ternyata Edam seperti itu, apalagi dia diam-diam menghanyutkan.

Sekarang Zakia sedang memasak untuk suaminya, ia berusaha untuk melupakan kejadian waktu itu, kejadian dimana membuat hatinya sakit.

Karena Zakia tahu sekarang Zaky pulang lebih awal makanya ia memasak sekarang.

Zakia menyajikan makanan menata makanan sebagus mungkin. Pintu luar terbuka Zaky yang sudah pulang kerja. Zakia menyalami tangan suaminya, kali ini ia tidak menoleh kalau Zaky akan menciumnya ia hanya pasrah saja.

"Aku udah nyiapin makan buat kamu," ucap Zakia.

Zaky menoleh ke meja makan banyak sekali makanan yang telah masak oleh istrinya ini. Zaky tersenyum. Sebenarnya ia sudah makan tadi di pesantren bersama ustadz Malik dan yang lainnya, karena ajakan dari ustadz Malik Zaky pun tidak mungkin menolaknya.

Zaky masih kenyang tapi ia juga tidak mungkin tidak menghargai masakan istrinya. "Ayo." Zaky merangkul bahu Zakia menuju meja makan.

"Kamu kok sedikit nasinya? Biasanya juga banyak." Zakia melihat alas Zaky yang tidak seperti biasanya.

"Belum, ini mau ditambah lagi." Benar saja Zaky menambah centong nasi.

Zaky bingung bagaimana ia menghabiskan nasi sebanyak ini, sedangkan ia sendiri sudah makan. Zaky kalau kebanyakan makan atau sampai kekenyangan ia akan muntah, entah kenapa.

"Oh iya, kamu kenapa bisa mual-mual?" tanya Zaky.

"Gak tahu, mungkin cuma masuk angin."

"Habis makan kita ke rumah sakit," ucap Zaky menyuapkan nasinya kemulut.

"Gak! Aku gapapa," tolak Zakia. Sekarang Zakia malas sekali untuk keluar sana-sini rasanya ingin rebahan tanpa ada yang mengganggunya.

Zaky hanya mengangguk dengan tersenyum, semoga benar istrinya baik-baik saja.

Setelah makan benar saja Zaky rasanya mau muntah saja tapi ia tahan. Ia membawa piring bekas ke wastafel dan mencucinya. "Aku aja padahal yang cuci," ucap Zakia menatap Zaky yang sedang menata piring tadi ke semula.

"Kan kamu yang masak, jadi aku yang nyucinya."

"Kamu mandi dulu," suruh Zakia. Sekarang ia rebahan di kasur rasanya capek seperti tidak rebahan 1 tahun.

Zaky memasuki kamar mandi didalam kamarnya, ia pun membersihkan badannya. Zakia yang menikmati rebahan terganggu karena deringan handphone Zaky. Ia mengambil handphone itu tidak ada nama yang ada hanya nomor yang tidak dikenal.

"Assalamualaikum, Zaky ini Ela. Maaf nelpon kamu, aku disuruh Abi, katanya terimakasih udah dateng makan-makan tadi. Dapet salam juga tadi dari Abah, maaf ganggu. Assalamualaikum." Jelas Ela diseberang sana.

Zakia yang mendengar itu pun menatap ke depan. Jadi Zaky sudah makan di pesantren? Tapi kenapa ia masih memakan-makanan yang Zakia masak.

Zakia berpikir, semenjak kejadian dimana Zaky seperti menyetujui pernikahan keduanya semua itu berubah. Zakia tidak harus harus berbuat apa.

KAMU UNTUK AKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang