40. SABAR

288 22 2
                                    

TYPO BERTEBARAN
KOREKSI JIKA ADA KESALAHAN

•••••

HAPPY READING

______________________________

Satu minggu berlalu. Asipa sudah kembali kerumahnya, akhirnya ia bisa keluar dari ruangan menyebalkan itu. Semenjak kejadian itu, Aripin melarang Asipa meminum atau memakan-makan dipinggir jalan. Tentu saja ini jadi perdebatan diantara mereka. "Nurut sayang," ucap singkat Aripin baru ia mengatakan itu Asipa menolak mentah-mentah.

"Ya, mana bisa aku gak makan yang dipinggir jalan, gak semua kaya gitu. Yang kemarin-kemarin kan itu masalah kecil." Asipa yang keceplosan bilang seperti itu.

"Astagfirullah Asipa! Yang bilang kamu masalah kecil itu kehilangan anak, hah!? Iya masalah kecil?" Aripin yang meninggikan suaranya, kaget dengan perkataan yang keluar dari mulut istrinya.

"Gue cuman minta lo gak jajan sembarangan lagi, udah itu aja."

Asipa yang mendengar suara sendiri pun kaget, kenapa mulutnya nyerobot begitu saja. "Gak gitu... Maksud aku..."

"Terus apa? Kamu nganggap kehilangan anak masalah kecil? Mikir, Asipa mikir. Gue cuman minta lo gak jajan yang aneh-aneh, bisa kan? Masih banyak juga makanan yang lain. Susah banget buat diatur, pusing gue lama-lama," ucap Aripin meninggalkan Asipa yang menganga karena gaya bahasa Aripin menggunakan yang sering digunakan saat bersama temannya.

"Mau kemana?" lirihnya memegang tangan Aripin tapi ditepis oleh Aripin. Aripin tidak menjawab ia lebih baik keluar dari pada meluap emosinya ke istrinya.

"Maa ..."

Aripin mengendarai motornya sangat cepat, ia sedang pusing skripsi yang sangat menyebalkan, membagongkan, dan tugas kantor yang membuatnya semakin pusing. Ditambah Asipa istrinya yang menganggap kehilangan anak adalah masalah kecil itu semakin membuat Aripin dibuat pusing dan marah.

Aripin duduk dimeja dengan muka juteknya. Kemana lagi ia pergi kalau bukan ke basecamp. Warkop masih kosong, dan meja-meja pun sudah pasti masih kosong. Rio yang melihat Aripin duduk pun menghampiri, kenapa dengan si Botak ini.

"Kenapa lo? Lo gak kuliah? Kerja? Suami macam apa lo ini, hah? Bukannya banting tulang cari nafkah malah datang ke sini. Muka juga kenapa kaya begitu, gak enak banget dilihat, udah mah muka lo gak enak dilihat, Pin, ditambah kaya gitu, makin males gue liatin muka lo," cerocos Rio.

"Cerita." Rio duduk didepan Aripin meminta agar ia curhat saja tentang apa yang terjadi.

"Pusing gue, Yo. Skripsi si setan anjing gak kelar-kelar, tugas kantor juga, bini di rumah susah buat diatur."

"Susah diatur? Maksud lo? Gue yakin lo yang mulai perdebatan ini."

"Dengerin gue dulu. Gue kesel sama dia, Yo. Gue cuma ngelarang dia buat gak jajan sembarangan lagi, udah itu aja. Terus dia dengan gampangnya bilang, masalah kemarin cuman masalah kecil, gak pernah mikir kalau ngomong." Aripin menghela napas dengan muka kesalnya.

Rio tahu bahwa Aripin melarang ini itu untuk Asipa untuk kebaikannya juga. Rio mengangguk-ngangguk mendengar curhatan Aripin. "Lo coba bicaranya baik-baik gitu sama bini lo, jangan lo lagi pusing karena kantor lo lampiasin ke Asipa."

"Dia juga pasti ngerasa kehilangan anak, Pin. Jangan lo bentak, karena cewek tuh kalau dibentak paling gak bisa. Ngelarang boleh, itu hak lo, lo kepala keluarga sekarang, harus jadi contoh yang baik sama bini lo. Sana bicara baik-baik, kalau lo gak ngebentak dia, dia bakal nurut."

KAMU UNTUK AKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang