34. PENGEN CUCU

372 27 1
                                    

TYPO BERTEBARAN
koreksi jika ada kesalahan

•••••

HAPPY READING

______________________________

Selepas pulang dari pasar malam Zakia dapat kabar dari mamahnya bahwa Papahnya makin hari keadaannya semakin buruk, membuat Zakia bingung harus melakukan apa. "Kalian nginep di sini, ya?"

"Iya, Mah."

Zakia semakin dibuat khawatir dengan keadaan papahnya ini, dulu papahnya yang gemuk sekarang menjadi sangat kurus. Zakia menatap lesu Papahnya.

"Pah?" Zakia berjongkok di depan kursi roda Papahnya. Saat berjongkok papah Zakia mengusap kepala Zakia dengan sayang. "Papah kenapa?" tanya Zakia dengan lembut.

Bukannya menjawab pertanyaan Zakia Papah Zafran malah mengusap kepala Zakia.

"Kamu udah gede, bahkan udah nikah. Anak kecil yang selalu minta apa-apa ke Papah tapi Papah gak pernah turutin kemauan kamu, maafin Papah, Nak." Papah Zafran menunduk mengingat bagaimana dirinya bisa setega itu dengan anak kandungnya sendiri.

Bahkan disaat umurnya sudah terbilang tidak muda lagi, ditambah dengan keadaan ia yang sedang stroke, tapi anak tunggalnya ini tidak pernah meninggalkannya apa lagi menyakitinya atau pun membalas perbuatannya dimasa lalu. "Papah harap kamu bisa ngasih cucu ke Papah, sebelum Papah pulang."

Mendengar kata 'pulang' hati Zakia rasanya sakit, ia paling tidak suka membahas seperti ini, membuatnya selalu kepikiran.

"Zaky sini," suruh Papah Zafran.

Zaky berjongkok disisi Zakia, menatap mertuanya dengan tersenyum. "Kalau Allah ngasih kepercayaan anak sama kalian, Papah minta. Kalian jangan kaya Papah ya, kamu jangan pelit sama anak, kamu jangan pentingin pekerjaan dari pada anak, karena disaat kalian sudah tua nanti, anak-anak kalian yang bakal ngerawat kalian."

"Sama halnya kaya papah, diurus sama Zakia meskipun Papah dulu jahat sama anak sendiri," lanjut Papah Zafran sudah tidak bisa menahan air matanya.

"Jagain Zakia, ya. Anak satu-satu Papah, Papah percaya sama kamu." Akhir kalimat yang keluar dari mulut Zafran, mengusap kepala anak dan menantunya. "Mah, Papah pengen tidur."

"Kalian istirahat aja, ya. Mamah sama Papah kekamar dulu," ucap Mamah Jahra mendorong kursi roda menuju kamar.

"Papah kenapa ngomong gitu?" tanya Zakia menatap suamianya dengan mata berkaca-kaca.

"Gapapa sayang jangan nangis, kekamar, ya?" Zakia merangkul bahu Zakia, sedangkan Zakia memeluk pinggang Zaky.

Zakia jika membahas tentang perpisahan atau pun kepulangan ke tangan yang maha kuasa, ia tidak bisa. Mood Zakia sedang tidak baik, ditambah mendengar ucapan papahnya tadi yang membuatnya ingin menangis saja. "Udah jangan nangis, sayang." Perintah Zaky mengusap kepala Zakia yang memeluknya.

"Gak suka Papah ngomong kaya gitu," adunya dengan muka yang berpa-pasan dengan dada suaminya.

"Iya gak suka, udah jangan nangis. Tidur udah malem "

Zakia semakin pemperdempet pelukannya dengan Zaky. Zaky hanya bisa senyum melihat sifat istrinya yang tiba-tiba dalam mode manja seperti ini.

Zaky mengira bahwa istrinya ini sudah tidur makanya Zaky berucap seperti ini.

"Kamu kalau hati gak tenang, serahin ke Allah. Jangan terus ngadu ke aku atau pun nyari tempat ternyaman kamu yaitu dada aku. Kamu sujud aja Allah dengerin curhatan kamu, itu lah tempat ternyaman yang harus kamu lakuin, ya?" panjang lebar Zaky mengusap kepalanya istrinya yang sedang berada tiduran ditangan kirinya.

KAMU UNTUK AKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang