Halo semua!!!!
Apa kabar kalian? Pasti baik selalu ya
Gimana dengan part sebelumnya??
Jangan mudah menyerah dalam menghadapi duniaTinggalkan jejak vote & komen!!!!!
Happy Reading!
***
Pagi yang cerah karena matahari sudah terbit. Hari ini, Zivana sudah rapih mengenakan seragam. Gadis itu kembali ke sekolah setelah beberapa hari koma. Kini Vana menuruni anak tangga menuju ruang meja makan untuk sarapan pagi. Terlihat Zea dan Zivani tengah bercanda ria membuat hati Vana semakin menangis.
"Kapan aku seperti itu? Aku rindu dengan mama." Batin Vana lirih.
Zivani menatap sinis kedatangan Vana. Zea menatap tajam wajah Vana karena hatinya sangat dongkol.
"Pagi semua." Sapa Vana seraya mendaratkan bokong di kursi.
Hening
Hanya suara dentingan sendok dan piring yang terdengar. Suasana di meja makan hening karena semua berkutik dengan aktivitas makan masing-masing.
Zivana ingin mengambil buah apel di meja makan, Namun Zea mencegahnya.
"Jangan sentuh makanan saya." Kata Zea seraya menepis lengan Vana.
"S-sakit ma." Rintih Vana memegang lengannya.
"Ayah? Aku mau satu ya?" pinta Vani mengambil apel di meja makan.
Zidan mengangguk seraya tersenyum lembut. "Tentu boleh sayang."
"Aku mau juga, Yah." Pinta Zivana dengan nada memohon.
"Tidak ada untuk kamu." Jawab Zidan melanjutkan aktivitas makannya.
"Keluarga egois." Bentak Vana menggebrak meja.
Zidan terpelonjak kaget, napasnya memburu menatap tingkah laku Vana seperti tidak tahu sopan santun.
"Di mana sopan santun kamu?! Apa kamu tidak lihat orang lain sedang makan?! Hanya perkara apel, kamu berani melawan orang tua?!" tanya Zidan beranjak dari kursi menuju keberadaan Vana.
Tubuh Vana mendadak lemas karena Zidan sudah berada di samping. Perlahan langkah kaki Zivana mundur, namun Zidan menarik lengan Vana dengan kasar.
"Mau ke mana kamu?! Saya belum selesai bicara." Cegah Zidan mencekal pergelangan tangan Vana.
"Aku mau sekolah, Yah." Lirih Vana menundukkan kepala.
"Sekolah? Kamu sekolah hanya untuk bersenang-senang? Katanya sekolah, kenapa tingkah laku kamu tidak ada sopan santun?! Selama ini kamu hanya bolos di jam pelajaran?!" tanya Zidan mengangkat dagu Vana dengan kasar.
Zivana ingin memberontak atas perlakuan Zidan. Namun dirinya tidak bisa untuk terus melawan sang Ayah.
"Kenapa kamu diam? Jawab pertanyaan saya Vana!" gertak Zidan.
Zivana diam membisu karena tidak tahu lagi harus berbuat apa.
"Kamu tidak punya mulut, Vana?! Saya bertanya harusnya di jawab, bukan di diamkan seperti ini! Dasar anak tidak tahu diri, sia² saya membiayai sekolah kamu kalau hanya menjadi seperti ini." Ucap Zidan dengan suara lantang.
Hati Zivana mencelos mendengar penuturan sang Ayah. Tanpa terasa air mata gadis itu menetes terkena pipi.
"Ayah menyesal sudah merawat aku? Ayah tidak ingin kehadiran aku di keluarga ini? Aku harus pergi dari kehidupan keluarga ini? Agar keluarga Ayah hidup tentram dan bahagia?! Iya, Yah?!" tanya Vana dengan suara keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVANA {ON GOING}
Teen Fiction⚠️⚠️ DI SARANKAN FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA Seorang Gadis bernama Zivana zinta lenata hidup dengan penuh luka. Berusaha tegar menjalani kerasnya hidup di tengah keluarga yang tidak ada kehangatan. Sosok lelaki bernama Arfan datang di kehidupan Z...