20

1.5K 101 3
                                    

Halo bestie aku!!! para pecinta dunia halu xixi
Gimana kabar kalian semua? Pasti sehat dan baik selalu....

Gimana part sebelumnya? Kalian kasian ga si sama Zivana?
Huu pasti banyak mengandung bawang, tenang kok di part ini ga ada bawangnya..

Jangan lupa tinggalkan jejak vote & komen🔥🔥🔥

Happy Reading~

***

Pagi ini Zivana bangun lebih pagi karena takut terlambat berangkat sekolah seperti kemarin. Zivana sudah rapih mengenakan seragam sekolah dengan lengkap.

Wajah mungilnya dengan polesan bedak bayi membuatnya semakin cantik. Deringan ponsel di atas nakas membuat aktivitas gadis itu berhenti.

Zivana mengerutkan kening melihat nama Aletta di ponsel miliknya. "Kenapa ni anak telpon gue?" gumam gadis itu.

Zivana menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan Aletta.

"Halo?" sapa Zivana.

"woi VANA." Teriak Aletta di seberang telepon.

Zivana menjauhkan telinga dari ponsel. "Berisik tau ga." Ketus gadis itu merasa kesal.

Aletta terkekeh. "Lo sekolah hari ini?"

"Ya sekolah lah, masa iya gue bolos lagi." Tutur Zivana dengan nada kesal.

"Kali aja mau bolos lagi, gataunya bolos bareng sama pacar." Sindir Aletta dengan nada mengejek. "Ajarin gue dong cara bolos, nanti dapet pacar." Lanjut gadis itu dengan nada memohon.

"Heh! Gue bolos emang karena telat, bukan karena janjian sama Arfan." Jawab Zivana merotasikan bola mata.

"Bolos² berujung cinta." Ejek Aletta tertawa kencang.

"Serah lo." Ketus Zivana memutus sambungan sepihak.

"Anak curut pagi² dah bikin emosi aja." Batin Zivana menggerutu.

Zivana bergegas keluar kamar, langkah kakinya perlahan menuruni anak tangga untuk sarapan pagi.

Terlihat di ruang meja makan, keluarganya sedang bercanda ria tanpa kehadiran Zivana. Zivana tersenyum getir menatap sosok Ayah dan Mama nya sangat sayang kepada Zivani.

Zivana mendaratkan bokong di kursi dekat Zivani. Seketika suasana hening karena kedatangan Zivana. Belum sempat Zivana mengambil roti dihadapannya, Zea mencegahnya terlebih dahulu.

Zea mencekal pergelangan tangan Vana. "Jangan sentuh makanan saya." Ucap Zea menatap tajam wajah Zivana.

Zivana menundukkan kepala. "Aku mau sedikit ma." Ucap gadis itu memegang perutnya yang terasa sakit karena dirinya setiap hari harus sarapan pagi.

"Punya uang, kan? Beli saja sendiri." Titah Zea melanjutkan aktivitas makannya.

Zivana merasa kesal dengan mamanya. "Kenapa si ma? Aku hanya mau makan, bukan cari keributan!" bantah Zivana seraya menggebrak meja makan.

Zidan menatap nyalang wajah Zivana karena sudah berani melawan istrinya. Zidan beranjak dari kursi menuju keberadaan Zivana.

"Berani kamu lawan istri, saya?" tanya Zidan menarik kasar lengan Zivana untuk berdiri.

Zivana berdiri karena paksaan dari Zidan. "Awshh, sakit yah." Rintih Zivana berusaha melepas cekalan Zidan, namun nihil karena tenaganya tidak kuat.

"Saya tidak akan berbuat kasar kalau kamu tidak melawan saya dan istri saya!" tegas Zidan semakin erat mencengkram lengan Zivana hingga merah.

Bekas luka lengan Zivana yang kemarin saja belum sembuh. Hari ini kulit mulusnya kembali luka karena perbuatan Zidan. Zivana sangat rapuh di tengah keluarga yang tidak pernah ada kehangatan untuk dirinya. Sangat perih dan sakit karena luka kemarin belum sembuh dibuat kembali dengan luka baru.

ZIVANA {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang