52

964 94 11
                                    

Halo gais!!!!
Apa kabar kalian?
Lama tidak jumpa kita.

Gimana dengan part sebelumnya???
Cie udah pada tunggu part selanjutnya ya
Jangan lupa vote & komen oke

HAPPY READING!!!


Hari semakin malam, namun Zivana tidak pulang ke rumah. Zivana berlari kencang menyusuri jalan di bawah guyuran hujan.

Air mata Zivana menyatu dengan air hujan. Gadis itu tidak punya tujuan untuk hidup. Tubuh Zivana basah kuyup karena guyuran hujan.

"Hikss...gue capek. Ga ada yang bisa ngerti perasaan gue sedikit pun. Kenapa Tuhan ga adil untuk aku? Dada gue s-sakit argh." Teriak Zivana seraya memegang dadanya yang terasa sesak.

Tubuh Zivana mendadak lemas, alhasil gadis itu pingsan.

...

Arfan mencari keberadaan Zivana sejak gadis itu pergi dari taman. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun Vana belum bisa di temukan.

Arfan merasa bersalah atas kejadian sore tadi. Lelaki itu merutukki kebodohan yang sudah di buat.

Arfan mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Lelaki itu memukul stir seperti orang prustasi.

"Arghh, Vana lo ke mana? Gue khawatir sama keadaan lo Vana." Kesal Arfan menjambak rambutnya prustasi.

Arfan mengambil ponselnya untuk menghubungi Aletta.

"Halo, lo udah cari Vana?" tanya Arfan menelepon Aletta.

"Gue udah cari tapi belum ketemu." Jawab Aletta di seberang telepon.

Arfan memutus sambungan sepihak. Lelaki itu meremat ponsel miliknya menahan amarah.

"Ini semua karena lo, Vani. Gue bodoh banget, arghh. Maafin gue Vana, gue cowo bodoh yang ga bisa jaga lo dengan baik." Sesal Arfan merutukki diri.

...

Zivana perlahan membuka mata menetralkan pandangannya. Gadis itu menatap bingung mengapa dirinya bisa berada di sofa.

Zivana melihat Raka membawa teh hangat. Sekarang Zivana tahu kalau Raka yang sudah membantu dirinya.

"Lo udah sadar, Van? Minum dulu nih." Titah Raka menyodorkan gelas yang berisi teh hangat.

Zivana menerima gelas dari tangan Raka. Gadis itu minum sedikit teh hangat. Vana meletakkan gelas di atas meja.

"Lo yang udah bawa gue ke sini, Rak?" tanya Zivana memastikan.

Raka mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Makasih banyak Raka, lo udah sering bantu gue. Gue gatau apa yang harus gue lakukan untuk balas semua kebaikan lo. Gue bersyukur punya temen sebaik lo, Rak." Tutur Vana dengan tulus.

Raka terkekeh. "Santai aja kali, Van. Kaya sama siapa aja."

"Kalau lo ga bawa gue ke sini, pasti kondisi gue ga akan selamat Rak." Ucap Zivana dengan tatapan sendu.

"Lo kenapa bisa pingsan di jalan, Van?" tanya Raka penasaran.

"Gue capek, Rak. Gue mau mati aja rasanya, ga berguna hidup gue di dunia ini." Jawab Zivana menitikkan air mata.

"Are you okey?" tanya Raka merasa khawatir.

Zivana mengusap wajahnya yang terkena air mata. "I'm fine." Jawab gadis itu tersenyum simpul.

"Ga mau cerita?" tawar Raka.

"Engga." Tolak gadis itu menggelengkan kepala.

"Lo ga boleh sedih, Vana. Hidup lo masih panjang, soal umur udah Tuhan yang atur. Lo ga boleh nyerah di saat lo terpuruk, orang di sekitar lo masih ada yang sayang sama lo. So, jangan buat keputusan yang membahayakan diri lo sendiri." Jelas Raka menasihati.

ZIVANA {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang