57

1.1K 111 19
                                    

Halo gaisss
Apa kabar kalian???
Cie udah tunggu part selanjutnya ya???

Gimana dengan part sebelumnya?
Suka dengan cerita ini???

Maaf gais baru up karena aku banyak tugas huhu
Semoga suka!!!!

Happy Reading!!!



Terdengar suara derap langkah kaki menuju toilet. Ternyata Aletta dan Arfan yang datang ke toilet. Zivana terpekik melihat kedatangan Aletta dan Arfan.

"Vani!" teriak Aletta melihat kondisi Zivani terbaring pingsan.

"Lo kenapa diem aja, Vana?" tanya Aletta seraya mengguncang lengan Vana.

Zivana mengerutkan kening. "Kenapa harus gue?"

"Lo yang udah buat dia pingsan?" tanya Arfan dengan tatapan datar.

Zivana mengedikkan bahu.

"Vani bangun." Ucap Aletta mengguncang tubuh Vani.

"Apa yang udah lo lakuin?" tanya Aletta menatap curiga pada Vana.

"Gue?" jawab Vana seraya menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa lo bisa tuduh gue kaya gitu?" tanya Vana.

"Di sini cuma ada lo, pasti Vani pingsan karena ulah lo Vana." Jawab Aletta dengan suara lantang.

Vana tersenyum smirk. "Hanya karena gue ada di sini, lo menyimpulkan gue pelakunya? Bodoh."

"Ternyata yang Vani bilang tadi bener ya, lo itu cewe yang harus di jauhin karena mantan pembunuh." Ucap Aletta menatap kesal.

"Lo percaya tanpa bukti? Otak pake Al, jangan cuma logika yang lo dapetin sekarang. Mana pembuktian lo untuk bangun sahabat bareng gue lagi? Bulshit!" teriak Vana tertawa sumbang.

"Gue ga akan temenan sama cewe pembunuh kaya lo, Vana. Gue harap lo bisa cepat² keluar dari sekolah ini karena gue takut terjadi hal yang tidak terduga." Tegas Aletta.

"Gue ga rugi di jauhin sama lo." Jawab Vana dengan senyum smirk.

"Gue ingetin sama lo berdua! Hati² masuk ke dalam perangkap si Vani, lo berdua akan menyesal seumur hidup. Camkan itu!" ucap Vana seraya menunjuk wajah Aletta dan Arfan bergantian.

Zivana melangkahkan kaki tergesa-gesa meninggalkan teman-temannya.

"Lo bawa Vani ke UKS." Titah Aletta menatap wajah Arfan.

Arfan langsung membopong tubuh Zivani. Mereka menuju UKS untuk kesembuhan Vani.

...

Zivana berada di roftoop sekadar merehatkan pikiran. Suara derap langkah kaki terdengar di pendengaran Vana. Zivana menoleh untuk melihat siapa yang datang. Ternyata Raka datang seorang diri.

"Van." Panggil Raka.

Zivana menoleh mencari sumber suara. Vana menatap bingung mengapa Raka bisa ada di sini.

"Lo sendirian aja?" tanya Raka.

"Hmmm."

Raka duduk di kursi tepatnya di samping Vana. Raka melihat wajah Zivana tampak murung seperti banyak masalah.

"Maaf sebelumnya Van kalau gue menyinggung perasaan lo. Gue boleh tanya maksud yang tadi pagi di bilang sama Vani apa?" tanya Raka dengan hati².

Zivana menoleh. "Lo ga perlu tau." Jawab gadis itu.

"Mungkin gue bisa bantu selesain masalah lo itu." Tutur Raka menasihati.

Zivana menghela napas kasar. "Gue bingung sama diri gue sendiri. Kenapa hidup gue jadi makin rumit, lo udah tau kan kalau gue itu pembunuh. Tapi yang di bilang Vani tuh ga benar. Gue gatau harus membuktikan dengan cara apa supaya keluarga gue percaya." Jelas gadis itu dengan lesu.

ZIVANA {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang