Setelah selesai makan Oo langsung meneguk minuman yang sudah tersedia di sampingnya. Tidak lupa dengan tiga cowok yang masih setia menunggunya di sini.
"Mau ngapain lagi kalian masih disini?" tanya Oo yang baru selesai makan dan mengusap bibirnya menggunakan tisu.
"Syarat," ucap Abram datar.
"Gue duluan yang dikasih syaratnya!" serobot Alberth.
"Gue duluan."
Kepala Oo mendadak menjadi sakit mendengar celotehan tidak berfaedah mereka. "Syaratnya sama," ujarnya yang berhasil memberhentikan perdebatan mereka bertiga.
Ia menghembuskan napasnya sebelum menyebutkan syaratnya. "Yakin beneran sanggup?" Mereka kompak mengangguk.
"Ok. Gue sebutin syaratnya," Oo meminum es nya sebelum berbicara.
Oo mengeluarkan kertas dari sakunya dan diletakkan di atas meja membuat mereka bertiga membelalakkan matanya. "Sejak kapan lo bikin list syarat beginian?" tanya Anza atau yang kerap di panggil Aa olehnya.
"Setiap saat setiap waktu. Yang ngajarin juga bilang kek gini," ujar Oo santai.
"Baca sendiri."
Mereka berebut mengambil kertas itu. "Kalau sobek gak ada pengulangan."
Mereka melakukan hompimpah untuk siapa yang lebih dulu membacanya. "Lo aja yang bacain," rebut Abram akan kertas itu dan memberikannya kepada Doni.
"Baca," perintahnya.
Dengan muka kesal Doni membaca kertas itu. Namun, sebelum membacanya dengan keras ia membelalakkan matanya dengan sempurna. "Syarat Gila apa ini?"
Oo tersenyum menang. Sudah ia duga tidak akan ada yang berhasil menyelesaikan syarat itu. "Kalau gak mampu gak maksa."
"Bacain!" Abram tidak sabar karena melihat wajah konyol Doni yang ingin ia bully. Alberth sudah mengintip dan sama halnya seperti Doni yang tidak percaya.
"Syarat yang pertama adalah restu bupa. Kedua bertemu dengan anak kesayangan minta syarat sama dia. Ketiga ngobrol sama kakak keduanya yang sok ganteng +-30 menit. Keempat luluhin hati Abang pertama. Kelima kasih hadiah dengan clue, kecil, imut, lucu, lembut berbulu dan empuk, tapi dia najis, gimana caranya dia jadi halal?" Doni menghembuskan napasnya dengan malas.
"Gimana mau naklukin adiknya yang dingin macam es batu? Bisa-bisa gue ikutan jadi beku," batin Doni.
"Abangnya yang pertama polisi, gimana mau naklukin ya? Yang kedua kayak badboy gak jelas bisa mati kutu gue di dekatnya. Teka-teki macam itu," batinnya.
"Gue terima," ucap Abram dengan yakin dan tanpa ada keraguan di wajahnya.
"Gaffi bilang lo bakalan berjodoh sama dia," ucap Au.
"Nggak bakalan ada yang bisa," balasnya angkuh. Ia sudah membuat syarat susah masa iya ada yang bisa menyelesaikannya.
"Kapan kakak lo ada di rumah?" Sontak Alberth dan Doni menatapnya tidak percaya.
"Gue duluan," potong Alberth. Mana mungkin ia membiarkan ada yang mendahuluinya.
"Terserah!"
"Datang aja sendiri. Restu bupa terakhir!"
"Malem ini gue kesana," ucap Abram yakin lalu meninggalkan mereka yang masih bingung dengan sikapnya. "Jangan lupa kalau semua syarat ini sudah selesai lo jadi pacar gue."
Oo membungkam mulutnya sendiri. Tidak terpahat rasa takut diwajahnya itu membuatnya waspada.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Oline Melandrino (END)
Teen Fiction"Satu hal yang pasti, lo masa depan dan dia masa lalu." Oline tersenyum menatap Abram. "Gue suka sama lo." *** Oline Melandrino atau yang kerap dipanggil dengan Oo atau ogeb. Anak ketiga dari empat bersaudara, dimana ia paling cantik. Pecinta bebera...