"Kalau kamu adalah yang terbaik, maka suatu saat kita akan bertemu lagi dan saling mendekat."
***
"Semua ini perkara waktu. Waktu yang mempertemukan dan juga memisahkan."
***
Dengan bibir yang mencebik Abram duduk seraya menikmati es krim yang barusan ia beli. Dilain sisi Oline malah sibuk memilih jajanan yang akan ia nikmati nantinya.
Wajah Abram terlihat lebih menggemaskan dan begitu lucu, tidak menyangka Oline jika cowok itu adalah pacarnya. "Nggak nyangka gue punya pacar," gumamnya. Tanpa ia sadari sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman yang amat begitu manis. "Raf? Apa yang lo mau udah terwujud. Sekarang lo bisa tenang disana. Setelah ini gue bakalan ajak dia ketemu sama lo." Air matanya jatuh membasahi pipinya.
Langit begitu cerah dan matahari bersinar dengan terang. Senyuman Oline tidak pudar sekalipun dia sedang dalam bahaya.
Oline berkata, "Rafi? Sebenarnya gue bingung sama kotak yang lo kasih ke gue. Padahal gue nggak tau apa isinya, terlebih lo minta ini di kasih ke pacar gue kan?"
Kotak kecil berwarna hitam itu membuat Oline penasaran dengan apa isi nya. Namun, semenjak Rafi memberikan itu padanya dan tidak memperbolehkan siapapun membukanya, Oline tidak akan membukanya. Kotak itu hanya di tujukan untuk pacar Oline kelak dan itu adalah untuk Abram.
"Lo ada hadiah apa sih, buat pacar gue?" gumamnya. Perasaannya menjadi tidak karuan saat mengingat kejadian yang begitu memalukan dulu.
"Oo?!" panggil seorang cowok dengan tas ransel di punggungnya. Oline dan Rafi menyernyitkan dahinya saat melihat cowok itu. Seragam putih biru itu menunjukkan kalau mereka sedang menginjak SMP.
Oline melirik Rafi yang hanya mengangkat bahunya tidak tahu.
Cowok tadi semakin dekat dengan mereka. Lalu ia menatap Oline dengan penuh kegembiraan. "Lo mau jadi pacar gue?"
"HAH?" Oline masih belum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh cowok itu. Bibirnya hanya melongo mendengarnya.
"Gue suka sama lo dan mau lo jadi pacar gue."
Rafi langsung terkekeh melihatnya. "Serius lo mau jadi pacarnya Oo?" Cowok tadi mengangguk dengan percaya diri. "Buat lo," ucap Rafi seraya menyerahkan kotak berwarna hitam. Cowok itu menerimanya dengan senang hati. "Bukanya kalau udah sampai rumah. Ada nomor telepon gue disana, lo bisa hubungin gue kalau udah mau lanjut jadian sama Oo."
Oline semakin larut dalam pikirannya sendiri. "Sebenarnya apa sih isi dari kotak itu? Kok gue penasaran ya?"
Pasalnya sehabis kejadian itu cowok yang selalu memperhatikan Oline secara diam-diam tidak lagi muncul di hadapannya. Bahkan, Rafi tersenyum mengejek cowok itu.
"Mbak? Ini ciloknya," ujar penjual itu.
Oline dengan senyuman itu menerimanya dan langsung membayar semuanya. "Makasih, mamang!"
"Nyamuk? Gue mau ajak lo ketemu seseorang yang spesial!" Abram memicingkan matanya bingung.
"Kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Oline Melandrino (END)
Teen Fiction"Satu hal yang pasti, lo masa depan dan dia masa lalu." Oline tersenyum menatap Abram. "Gue suka sama lo." *** Oline Melandrino atau yang kerap dipanggil dengan Oo atau ogeb. Anak ketiga dari empat bersaudara, dimana ia paling cantik. Pecinta bebera...