13. Waspada!

23 27 1
                                    

"Oline?" panggil lirih Abram.

Gadis itu menghentikan langkah kakinya ketika namanya di panggil. Susah payah ia menghindari cowok ini tapi hasilnya? Malah berbanding terbalik.

Semua siswa yang belum masuk kelas itu memperhatikan Oline dengan saksama. Ada yang merasa iri dan ada juga yang bingung mengungkapkannya. Sejak kapan seorang Oline Melandrino berdekatan seperti itu dengan cowok? Sejauh yang mereka tau tidak ada feminimnya tu cewek.

"Apa?" jawabnya dengan tidak ada ramah-tamahnya.

"Galak banget pacar," ujar Abram.

Pacar? Minta gue penggal kepalanya!

"Halu!"

"Serius lo lebih cantik kalau marah gini. Daripada lo senyum sama banyak cowok," ucapnya. Abram mengingat dengan baik bagaimana akrabnya Oline bersama teman-teman abangnya. Meskipun, tau siapa mereka tapi Abram tidak suka.

"Baru nyadar?"

"Sombongnya di kurangin!"

"Kok lo sewot?"

"Kok lo nyolot?"

"Kok ngikutin!"

"Serah!"

"Jangan pakai kata serah! Itu kalimat legend anak gue!" ancam Oo. "Panggilnya jangan Oline gak suka!"

"Sayang aja gimana?"

"Alay!"

"Baby?"

"Emangnya gue bayi?" protesnya.

Abram harus menunggu darahnya menurun terlebih dahulu sebelum menghadapi Oline. "Gue manggil lo Oline. Biar beda dari yang lain."

"Lo nyamuk!"

"Kok?"

"Terbang mulu lo ngikutin gue! Gue tau darah gue ini sangat manis!"

"Boleh gue isep dong?"

"Mesum!" pekiknya membuat beberapa siswi memperhatikan mereka. "Gue robek tu mulut kalau ngomong asal lagi!" ancamnya.

"Psikopat!"

"Lo belum pernah ngerasain amukan gue ya? Atau lo belum pernah ngerasain gimana rasanya gue sayat kulit lo!"

Abram bergidik ngeri mendengarnya. Ternyata cewek ini memiliki jiwa psikopat yang patut diwaspadai. "Ada kelainan lo?"

"Iya!"

"Bodokamat! Kalau memang lo punya kelainan gue bakalan bantu lo buat sembuh," katanya.

Oo berpikir cowok ini akan merubah jalan pikirnya. Tapi, tidak sama sekali.

"Masuk kelas," suruhnya.

"Nggak!"

"Masih mau lama-lama sama gue?" godanya. "Gue temenin sini!"

"Idih! Ogah! Gue mau ke kantin puas?"

"Udah jam masuk."

"Kayak nggak pernah bolos aja lo!"

Oo sudah tidak memperdulikan panggilan Abram yang mengganggu pendengarannya. Ia berjalan menjauh dari cowok itu. Bisa-bisa kewarasannya berubah begitu saja.

Gak berheti di situ saja Abram mengikuti langkah kemanapun cewek itu pergi dengan senyum jail.

"Pulang sekolah ikut gue yuk?" ajaknya.

"Tidak tertarik," balasnya datar.

"Serius, lo pasti suka."

"No, thanks!"

Cerita Cinta Oline Melandrino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang