39. Gang Cat

13 9 0
                                    

"Jangan pernah asal nuduh orang kalau tidak mau kena batunya." -Oline Melandrino.

***

"Gue nggak pernah nyangka kalau ternyata lo anggota gang motor." -Abram Denando.

***

Oo dan Abram berjalan secara berdampingan menuju kelas mereka masing-masing. Rasanya malas untuk masuk ke dalam kelas, kalau bukan karena Abram mungkin Oo sudah melipir ke kantin.

"Belajar yang rajin. Karena bentar lagi lo ujian," ujar Abram seraya mengelus puncak kepala Oo.

Oo hanya tersenyum kecut akan hal itu. "Kalau bukan ancaman lo nggak mau ngajak gue main ke gubuk reyot aja udah bolos gue," terangnya.

Memang dari awal sampai detik ini mereka berpacaran tidak ada yang berbeda. Mereka selalu bertengkar dan juga saling ejek. Model pacaran macam itu? Saling menjelekkan bahkan tidak mau saling romantis.

Abram menoleh ke arah Oo yang sibuk membaca bukunya. Sebenarnya Abram tau jika membuka buku seraya jalan itu bukan untuk di baca, namun untuk mengalihkan pembicaraan agar tidak salting. Sudut bibirnya terangkat menyeringai menatap Oo yang tersenyum malu.

"Lo nggak pingin pacaran kayak orang lain?" Abram menoel pipi Oo yang begitu menggemaskan di matanya.

"Nggak!" Oo menolak keras akan hal itu. "Nggak boleh ada panggilan kesayangan yang alay!" imbuhnya. Memang Oo paling anti dulunya pada yang namanya pacar, namun sekarang opini itu sepertinya sudah berubah saat ia bertemu dengan Abram. Sosok yang masih muda namun kini penuh dengan pikiran yang begitu dewasa.

"Lo manggil gue nyamuk, bukannya itu panggilan kesayangan lo buat gue?"

"Bedalah! Itu panggilan gue kalau lagi kesel sama lo!"

Mereka berhenti di satu bangku untuk duduk. Pegal kaki mereka rasanya jika harus berdiri terus.

"Nggak mau pake aku kamu gitu?" Abram semakin gencar menggoda sang pacar.

Oo hanya menggelengkan kepalanya kecil. "Nggak perlu. Karena gue nggak mau!"

"Pacar gue emang beda banget," puji Abram. Ia semakin sayang pada Oo.

Oo menoleh ke arah Abram untuk melihat wajah lucunya itu. Oo bukan melihat Abram dari wajah tampannya, ia malah ingin tertawa saat melihat wajahnya. Terlebih mengingat cerita Semesta jika Abram muntah-muntah seperti orang hamil.

"Karena gue emang mau beda dari orang lain." Oo tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya. "Saat semua orang sibuk mengikuti gaya serta tren orang lain. Gue mau mencari jadi diri gue, karena sejatinya kita semua memiliki keunikan sendiri."

"Kalau lo ketemu sama kakek gue siap?"

***

Selama jam istirahat Oo masih sibuk memikirkan bagaimana jika nanti ia bertemu dengan kakek Abram. Terlebih ia mengetahui jika Mila katanya adalah calon tunangannya. Bagaimana jika kakeknya menolak? Bagaimana jika nanti ia di permalukan?

Saat Au dan Aa serta Gaffi makan, Oo hanya berdiam diri menatap sotonya tanpa selera seperti biasanya. Raganya disini tapi pikirannya melayang jauh entah kemana.

Cerita Cinta Oline Melandrino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang