23. Makan Bersama

19 23 20
                                    

Celotehan antara Ian dan Abram membuat Oo mendadak memegangi dadanya yang terasa ngilu. Rasa was-was pada keduanya semakin kuat kala mereka bisa mengobrol dengan santai dan anehnya tidak ada raut takut pada wajah Abram. Kalau Oo bisa menyimpulkan Abram ini tipe cowok sinting!

Oo hanya bisa memandangi keduanya yang masih sibuk berceloteh ria, sedangkan ia dan Semesta sibuk makan dan melirik perbincangan keduanya. Terlihat santai namun ada kalanya topik itu mereka sembunyikan.

"Dunia? Gue was-was kalau nanti Abang ngerestuin gue. Gue belum siap," adunya pada Semesta.

Semesta tidak mau terlalu menanggapi Oo karena sudah lelah. Semakin ia menanggapinya maka akan ikutan gila dirinya. Terlebih ia sudah merasa lapar karena membantu Abram hang terus menerus mual sedari tadi.

Bunyi perpaduan antara sendok dan garpu pada piring mengisi keheningan antara Oo dan juga Semesta. "Langit! Tolong jauhkan Abang Ian dari nyamuk mesum!" Oo menelungkupkan kepalanya diatas meja. Rasanya sudah tidak tahan lagi menahan rasa aneh di dadanya.

"Ta? Pesenin lagi nasi Padangnya dua bungkus buat istri saya," suruh Ian pada Semesta.

"Pesen sendiri kali bang!" Oo menyahut kesal.

"Iya, bang." Semesta mengiyakan saja karena takut pada Abang sepupunya satu ini. Bukan apa tapi rahasianya di pegang dengan erat olehnya. Rahasia yang mereka sembunyikan.

"Eta aja nggak keberatan kok," alibi Ian.

"Dia takut sama lo bang!" Oo mengepalkan kedua tangannya gemas akan tingkah abangnya satu ini. "Kalau dia ngelawan bisa abis sama bonyoknya," gerutu Oo.

"Serah!" Ian kembali fokus pada ponselnya sebelum ia mematikannya dan mulai makan nasi Padang yang sudah berada di depannya.

Begitulah, kalau sudah memerintah. Oo hanya menghela napas berat akan keberadaannya kali ini. Sifatnya tidak jauh berbeda dengan Zio yang begitu menyebalkan karena hanya diam.

"Dia Abang lo? Serius?" Abram tidak ingin kalah ia ikut menyela perbincangan mereka. "Lo beneran kakak pertamanya Oline pak?" Abram seakan antusias akan hal ini.

Ian mengangguk. Senyum di wajah Abram seketika terbit dengan bangga. "Restuin gue jadi pacar adik lo ya pak? Eh, kak?"

Abram menatap Ian dengan penuh harap. Mana ada kesempatan yang lebih baik seperti saat ini?

"Kak? Restuin, ok?"

"JANGAN BANG! AWAS LO BILANG IYA!" ancam Oo.

"Calon pacar nggak boleh gitu!" Abram melirik Oo agar diam.

"Pacar dari Hongkong? Gue ogah jadi pacar lo nyamuk!"

"Diem Samyang!"

"Samyang palak bapak lo botak!" Oo merasa kesal berkali-kali lipat saat ini ketika Abram dengan mudah mengatainya samyang.

"Bapak gue udah nggak ada mau apa lo?" Ucapan Abram barusan seakan membuat hati Oo merasa tidak enak. Meskipun, begitu Abram terlihat biasa saja dan memandang Oo dengan heran. "Lo kenapa?"

"Sorry, gue nggak tau," Oo berkata dengan hati yang tidak enak.

Mendengar itu Abram terkekeh. "Santai aja kali. Lagian udah takdir dia pulang duluan," ujarnya.

Kembali lagi ke topik pembahasan Abram melirik Ian lagi. "Restuin gue bang?"

Ian hanya mengangguk.

Seketika itu juga Abram berdiri dan berteriak saking bahagianya. "YES! PERJUANGAN GUE NGGAK SIA-SIA! COBA AJA MALAM KERAMAT ITU GUE NGGAK KETEMU SAMA LO KA-"

Cerita Cinta Oline Melandrino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang