"Mudah menasehati orang lain, tapi sulit menasehati diri sendiri." -Oline Melandrino.
***
"Masa depan itu harus di perjuangkan, jangan malah di abaikan." -Abram Denando.
***
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah beberapa hari lalu libur. Setelah beberapa hari libur akhirnya sekolah bisa kembali seperti semula lagi. Setelah melewati tahun baru yang begitu membuat hati tersentuh. Oline berjalan dengan mengayunkan kakinya pelan dan matanya asik menikmati suasana pemandangan sekolahnya ini.
Semakin ia memperlambat langkahnya, membuatnya semakin jauh lebih tenang dan juga bahagia. Ia masuk ke dalam kelas tanpa mengeluarkan suara seperti biasanya hanya cukup mengucapkan salam.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu," ucapnya dengan tersenyum, lalu berjalan menuju bangkunya.
Mereka semua langsung tidak fokus pada kegiatan masing-masing, melainkan fokus pada perubahan diri Oline yang memang sangat aneh itu.
Jordi yang biasanya selalu terkena imbas karena kegabutan Oline kini menjadi bingung sendiri, kenapa bisa seperti itu? "Lo lagi sakit ya, anjing?"
Oline hanya tersenyum untuk menanggapinya. Perubahan itu malah membuat mereka semua bergidik ngeri melihatnya.
Bagaimana tidak ngeri? Jika, seseorang yang biasanya cerewet dan berbuat ulah, tiba-tiba berubah menjadi orang yang kalem?
"Kesambet cinta aa Doni pasti," sahut cowok yang duduk di pojok kelas.
Senyum Oline masih terpampang jelas di tempatnya, namun hanya satu yang membuatnya tetap sama seperti dulu yaitu tatapan matanya yang mampu membuat siapapun enggan mendekat.
"Lagian lo kok jadi kalem gini, sih? Atau jangan-jangan lo kesambet setan waktu ke Lampung?" Jordi makin penasaran dengan perubahan sosok Oo ini. "Mau gue panggilin ustadz biar bisa ruqyah lo gimana?" Jordi tersenyum menawarkan bantuan itu kepada sosok Oo. "Gue baik-kan?"
Tapi, lagi-lagi tidak ada tanggapan dari Oline, sampai membuat mereka semua kebingungan. Hingga suara bel tanda masuk berbunyi menandakan mereka harus berhenti berbicara, lihat saja sosok Oo yang kini masih tersenyum dan tidak banyak bicara.
"Selamat pagi, semuanya?" Seorang guru masuk dengan membawa satu buku tulis serta beberapa spidol berwarna.
Anza dan Lisa yang duduk di sampingnya juga bingung dengan perubahan sifat Oline.
"Kesambet?" Anza menggeleng tidak tau.
"Sekarang ibu mau kalian membuat mind mapping untuk masa depan kalian," sambung guru tadi menjelaskan apa yang ingin ia sampaikan. "Karena Bu Selena tidak masuk, beliau minta untuk tugas ini di kumpulkan setelah pulang sekolah. Bagi yang sudah nanti tugas ketua kelas yang harus mengkoordinasikan semuanya."
"Apabila ada yang ingin di tanyakan, saya persilahkan. Sebelumnya, saya tidak bisa lama-lama disini, karena ada kelas juga di kelas sebelah. Untuk membuatnya kalian bebas mau mengerjakan dimana saja."
Oline mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Di kantin boleh tidak Bu?"
"Tidak. Yang ada kamu bukannya belajar malah makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Oline Melandrino (END)
Teen Fiction"Satu hal yang pasti, lo masa depan dan dia masa lalu." Oline tersenyum menatap Abram. "Gue suka sama lo." *** Oline Melandrino atau yang kerap dipanggil dengan Oo atau ogeb. Anak ketiga dari empat bersaudara, dimana ia paling cantik. Pecinta bebera...