10. Syarat Gila

35 34 25
                                    

Pagi-pagi sekali Lorenzo telah dibuat pusing oleh Abram masalah tentang Oline. Sedari semalam tidak pernah berhenti menanyai apa kesukaan dan apa yang tidak ia sukai.

"Sebenarnya yang mau deketin cewek gue apa Abram sih? Gedek gue lama-lama!" gumam Loren sembari menyisir rambutnya.

Hari ini dia tidak ada jam kuliah. Jadi, seperti biasa akan berkunjung ke rumah sahabatnya yaitu Davyn. Dirasa sudah baik tampilannya Loren tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin. "Good boy!"

Ia melangkah keluar kamar yang sudah mendapati keluarganya berkumpul bersama. Loren memicingkan kepalanya dan mencoba memutar ingatannya akan ada hal apa yang terjadi?

Oo sudah berangkat sekolah bersama dengan Zio tadi diantar oleh pak Mamat. Karena penasaran Loren menghampiri bunda dan papanya yang sibuk melamun berdua.

"Ngelamunin apa?"

"Oline," jawabnya berbarengan.

"Kenapa?"

"Tadi, ada cowok yang ngaku pacarnya dan minta restu buat pacaran sama Oo. Tapi, ya gitu!"

"Ciri-ciri orang nya gimana?" Pikiran Loren hanya tertuju pada satu nama.

"Ganteng, sopan, ramah, dan kelihatan baik tapi ada sedikit yang di khawatirkan."

"Apa?"

"Gak jauh beda!"

Loren mengusap wajahnya lesuh mendengar alasan terakhir itu yaitu tidak jauh berbeda.

***

"Jangan dekat-dekat sama gue!" Oo menghentakkan kakinya kesal lantaran sosok cowok di belakangnya yang tidak berhenti menguntitnya. "Jauh-jauh!"

"Gak mau!"

"Kenapa?" Oo menatapnya malas. "Jangan dekat-dekat gue!"

"Gue suka ada di dekat Lo!" Abram menjawabnya dengan lantang dan percaya diri.

"Gue yang gak suka!" jawabnya tak mah kalah. "Mendingan sekarang lo pergi dari sini. Gue mual lihat muka Lo!"

"Lo hamil?" ceplosnya.

Oo geram memukul Abram menggunakan buku cetak yang tengah di bawanya. "Mulutnya!"

"Lagian mual siapa tau Lo lagi ngidam? Atau jangan-jangan!" Abram menggantungkan kalimatnya.

"Jangan-jangan apa?" tanya Oo dengan nada tidak santai. "Udah minggir gue mau ke kelas!"

"Mau jadi pacar gue?" teriak Abram membuat Oo menghentikan langkah kakinya. "Ngomong apa lu?" Ia sudah berbalik menatap sang pelaku dengan tatapan galak.

"Gue mau Lo jadi pacar gue," ucapnya enteng.

"Gue tau kalau gue itu cewek yang polos, cantik cetar membahana dan terlahir dari keluarga yang sangat cinta sama gue! Sayangnya gue gak tertarik untuk jadi pacar lo! Apa alasan lo mau jadiin gue pacar?"

"Karena lo polos dan cantik gue suka. Karena gue mau nunjukin kalau cewek paling cantik ini adalah pasangan seorang Abram Denando."

"Gue gak punya alasan untuk jadiin Lo pacar. Tapi, gue punya tujuan kalau jadi pacar Lo!"

Oo mengusap wajahnya gusar. Ucapan cowok ini membuatnya pusing tujuh keliling. Untung saja kondisi sekolah masih terbilang sepi, jadi tidak akan ada yang melihat kejadian menyebalkan ini.

"Jauh-jauh!" pekiknya.

Abram mendekati Oo yang sudah menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. "Gue denger kalau mau jadi pacar Lo ada syaratnya. Apa?"

Cerita Cinta Oline Melandrino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang