35. Cemburu dan Berbunga

12 8 0
                                    


"Kalau cemburu itu tandanya sayang dan takut kehilangan." - Semesta

***

"Rasanya ketemu cewek pujaan hati gini banget ya? Berharap bisa menjadi jodoh kelak." - Lorenzo

***

Perjalanan yang begitu membuat Oo merasa letih kini terbayarkan dengan adanya ketiga anaknya yang begitu menggemaskan. Sungguh, ingin ia bawa pulang kembali. Oo dengan semangat 45 langsung masuk dan menganggap rumah sendiri. "Aunty?! Bidadari berkunjung setelah sekian lama!"

Langkahnya begitu riang dan dengan asal melepas jaket milik Semesta dan melemparnya dengan asal di sofa. "Dunia?!" Oo kembali berteriak memanggil nama cowok itu yang masih bercanda di teras depan rumahnya seraya menunggu kedatangan Abram.

"JANGAN TERIAK DI RUMAH GUE!" Semesta menegur Oo agar bisa sedikit kalem setidaknya. "Mimpi apa gue punya sodara kek dia!"

"Cantik tapi radak Beloon!"

"GUE DENGER OGEB!" Oo berteriak dengan tidak suka. Meski berada di dalam ia masih sedikit mendengar remang-remang suara itu.

"Tajam banget tu telinga," gerutu Ferdi yang langsung masuk ke dalam. "Ta? Kenapa tadi nggak sekalian nungguin Abram aja?"

Semesta menepuk jidatnya pelan, "Lupa! Kenapa juga tu ogeb nggak mau bareng dia aja?" Perasaan Semesta tidak enak saat ini. Pasti ada hal yang tidak wajar telah terjadi. Ingin sekali ia mengetahuinya tapi saat ini bukan waktu yang pas. "Gue ke kamar dulu mau ganti. Kalian kalau mau makan atau nyemil nyari sendiri aja di dapur. Mami lagi nggak di rumah jadi kalian nyari sendiri aja ya!"

Semesta menuju kamarnya demi mengalihkan topik pembicaraan mereka. "Kenapa lagi tu ogeb? Apa Abram bikin ulah lagi atau apa ya?" Kepala Semesta menjadi sakit sendiri saat melihat kejadian absurd ini. "Kenapa juga mereka harus ketemu!"

***

Oo mengentikan langkah kakinya saat melihat seorang lelaki dengan topi di kepalanya sedang berbicara tidak jelas dengan anaknya. Ia sedikit ragu dengan siapa sebenarnya sosok itu. Tapi, mau bagaimana lagi? Rasa kangennya pada trio itu sudah sampai di puncaknya saat ini.

Dengan merinding ia menghampiri sosok itu, "Lo siapa? Mau bunuh anak gue ya?!" Oo ujuk-ujuk langsung menunduk orang itu asal.

"Gue Lorenzo Agni Melandrino!" Cowok itu langsung berdiri dan membalikkan badannya untuk menatap adiknya itu. "Ngapain lo kesini?" Kaget bukan main melihat adik jadi-jadian sudah berdiri di depannya dengan wajah garang.

"Mau nemuin anak gue lah! Lo sendiri ngapain?" tanyanya balik pada Loren yang sudah tiba disini.

Loren langsung duduk di rerumputan taman belakang rumah Semesta dengan sedikit merenung. "Gue awalnya mau curhat sama Eta, gara-gara gue putus sama Kavita."

"SIAP! GUE DUKUNG KALAU LO MAU PUTUS SAMA TU JANDA GATEL!" Oo malah bersorak dengan riang gembira mendapatkan kabar kakaknya putus dengan sang pacar. Ia akan selalu mendukungnya.

"GUE SETUJU BANGET BANG!" Oo semakin semangat mengompori kakaknya ini. Sungguh sangat menyenangkan bagi dirinya.

Loren menutup kedua telinganya lantaran penging dengan teriakan Oo yang cempreng. "Diem!"

Cerita Cinta Oline Melandrino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang