43. Rencana

11 9 0
                                    

"Sebuah rencana haruslah di pikirkan dengan matang terlebih dahulu, agar tidak menimbulkan suatu perkara yang nantinya menimbulkan masalah."

***

"Kalau cinta ya di perjuangkan. Jangan malah diam dan tidak memperdulikan." -Lorenzo Agni Melandrino.

***

"Tak bisa melihat secara langsung, tetapi masih bisa menontonnya bukan?" -Navya.

***

Oo yang penasaran dengan apa yang dilihat bundanya langsung mendekat dan melihatnya. Matanya melebar dengan sempurna melihat hal itu, begitukah ngidam ala kakak iparnya?

"Itu lo ngidam apaan kak?" Oo langsung beralih menatap Navya. Otaknya masih berusaha untuk mencerna setiap apa yang dilihatnya. "Lo minta Nyamuk buat jadi celeng?"

Mulut Oo memang tidak bisa di kontrol sama sekali. Bisa saja bukan ia memperhalus ucapannya itu? Minta di jahit!

Navya menyengir tanpa dosa. "Kayaknya Abram nggak akan kesusahan kan?"

"NGGAK! DIA NGGAK KESUSAHAN SELAMA ITU NGGAK NURUNIN HARGA DIRINYA!" Loren tiba-tiba ngegas di tengah ia menyantap makanannya yang begitu malas untuk di lihatnya. Rasa sakit hatinya masih terasa saat Risa menyatakan akan pulang ke tanah kelahirannya yaitu Lampung.

Mereka memperhatikan Loren yang uring-uringan tidak jelas. Tentu mereka paham dengan apa yang telah terjadi akan anak kedua keluarga Melandrino itu.

Agatha berjalan mendekati sang putra dan mengusap pundaknya dengan hangat. "Kalau kamu memang suka dan serius ya di kejar. Jangan sampai kamu malah kehilangan dia dan tambah sakit."

"Nggak tau rumahnya di Lampung Bun!" Loren nampak lesu, sorot matanya begitu mengecil.

"Kuy, kita ke Lampung!" Oo langsung bersemangat. "Jangan lupa untuk mampir ke taman patung Gajah Siwo Mego!" Oo berbinar mendengarnya. "Itu ada di Lampung bukan? Kita ketemu gajah!"

"Suka banget lo sama hewan?"

"Kalau boleh gue mau pelihara ikan paus!" Oo menjawabnya dengan aneh.

"Bego!"

"Suruh kak Risa buat share lock! Kita kesana secepatnya mumpung gue libur!"

"Capek di jalan Oo!"

"Kapan lagi kita manfaatin Nyamuk?" Oo memainkan alisnya menggoda sang kakak. "Anak tajir melintir Sabi kali kita manfaatin?"

"Nggak boleh, hust!" Agatha menegur putrinya itu. Memang kalau Oo tidak memiliki sifat yang kalem sedikitpun.

Di tegur malah cengengesan dan melanjutkan makannya kembali.

"Ajak Dunia sekalian! Lumayan buat supir cadangan," ucapnya tambah ngelantur. "Kalau nggak salah kak Risa pulang ke Lampung mau ada acarakan? Apa itu namanya?" Oo meletakkan jari telunjuknya di kepala seraya berpikir.

Oo mengangkat tinggi tangannya dan tersenyum lebar. "Dia mau bantuin di tempat saudaranya yang ada acara hajatan! Tapi, tinggal bantuin untuk itu ada apa jaranan?"

Navya mendelik mendengarnya. "Kakak mau ikut!"

"Mau ngapain kak?" Loren bertanya dengan Navya dan tak luput tatapannya yang begitu bingung.

Navya berkata, "Kalau di jaranan itu biasanya ada yang pake topeng Ganong!"

"Topeng Ganong apaan lagi kak!" Loren tampak frustasi dengan keinginan kakak iparnya ini. Begitulah sifat Navya saat sedang mengidam. Usia kandungannya yang belum genap 3 bulan sudah aneh saja mintanya.

Cerita Cinta Oline Melandrino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang