6. Malam Sial

40 36 2
                                    

Malam yang begitu terang dengan taburan bintang dan sinar rembulan yang begitu cantik. Keluarga Melandrino tengah berkumpul bersama di taman belakang rumah mereka sambil membakar sosis, jagung, dll. Berkumpulnya mereka biasa dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan dan saling berbagi satu sama lain.

Keluarga adalah segalanya bagi mereka. Dengan kegiatan seperti ini diharapkan anggota keluarga bisa lebih menyayangi lagi dan orang tua menjadi tau masalah anaknya dan bisa memperbaiki kesalahnnya.

"Oline! Ambilin sosis di kulkas sana," teriak Agatha-bundanya.

Oo mengacungkan jempolnya. Lalu, melangkah masuk untuk mengambil sosis sesuai dengan perintah bundanya.

Otak jahil Loren bekerja dengan cepat. Lengannya menyenggol Zio yang masih sibuk mengipasi jagung bakar itu. Zio menaikkan sebelah alisnya menatap Loren kakaknya meminta penjelasan.

Loren membisikkan sesuatu di telinga adiknya itu, "nanti kalau udah selesai semua kita ledekin tu mami cerewet!" Zio hanya mengangguk menanggapi ucapan kakaknya itu.

"Bunda? Navya mau ke toilet dulu," ucap Navya menantunya.

"Hati-hati."

"Kayak ada setan aja bund! Palingan juga setannya si Oo!" Loren terkekeh geli.

"Jangan ngomongin hantu Loren!" Navya yang takut akan hal seperti itu jadi mengurungkan niatnya untuk pergi ke toilet.

"Zio anterin kak," ucap Zio. Disodorkannya kipas yang di bawanya kepada Loren. Dengan kesal Loren menerimanya.

"Ayo?"

Zio dan Navya pergi dari sana dan datanglah Oo yang sudah membawa sosis di tangannya.

"Ni, bund. Mau kemana mereka berdua?"

"Mojok!"

"Bund! Abang julid!"

"Ngaduan lo!"

"Udah kalian cepet selesaiin itu papa udah nungguin," ucap Agatha. Ekor matanya melirik suaminya yang masih setia menikmati seduhan teh dari istrinya.

Mereka kembali menyelesaikan semuanya dan menyajikannya di atas piring. Semua mereka bawa untuk menghampiri papanya yang duduk menikmati sinar rembulan dan taburan bintang di langit.

"Udah selesai duduk sana yuk."

"Papa? Gimana kabarnya?" tanya Oo.

"Baik. Gimana sekolah kamu?"

"Bund? Aku mau ke depan sebentar ada temen yang datang nggak papa kan?" tanya Navya yang baru saja datang bersama Zio.

Zio langsung duduk bersila bersama kedua kakaknya dan papanya.

"Iya. Kalau udah selesai balik kesini atau nanti disisihin buat kamu."

Navya tersenyum lalu kembali masuk untuk menemui temannya.

"Gimana?" Papanya kembali bertanya kepada anak perempuannya.

"Baiklah, pa." Oo menjawab dengan seramah mungkin dan mulutnya tidak berhenti makan.

"Boong, pa! Kerjaannya sekarang cuma mojok sama pacarnya," ucap Loren yang rebahan menatap bintang. Ucapannya santai dan dalam hati ia senang melihat ekspresi Oo yang akan marah sebentar lagi.

"Beneran kamu punya pacar?" Papanya seakan tidak percaya. Heboh sendiri begitu juga bundanya seakan takjub.

"Terakhir kali bunda lihat kamu deket sama cowok itu waktu masih SD! Itu juga sama temen kakakmu!"

"Kenalinlah ke kita-kita!" Papanya terus saja menggoda putri tunggalnya itu.

"Bunda gak nyangka kamu punya pacar. Ganteng gak?"

Cerita Cinta Oline Melandrino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang