"Kebahagiaan terbesar adalah bisa tersenyum bersama dan menikmati hari penuh keceriaan."
"Cinta yang sejati bukan dari cinta pandangan pertama yang berusaha kita kejar dengan sekuat tenaga, tapi cinta yang sejati adalah cinta pada orang yang kini selalu bersama kita bukan dengan yang lain."
***
Sampai detik ini pun rasanya Oline tidak pernah percaya dengan apa yang sudah ia lakukan. Dulu ia semakin malas untuk bersekolah dan memilih untuk terus bermain bersama teman-temannya. Memang salah satu hal yang buruk untuk ditiru, tapi ia tidak pernah menyesalinya karena apa yang sudah ia lakukan dulu sekarang menjadi momen yang paling ia rindukan.
Sekarang Oline tengah sibuk mengelap meja dan juga bersenandung pelan. Matanya begitu cerah memandang pemandangan disekitarnya. Terlebih melihat cowok yang selalu ada untuk dirinya selama ini. Abram dengan telaten dan sabar menghadapi sifat absurd seorang Oline Melandrino yang mana banyak orang tidak menyukainya.
"Pagi ku gelap!"
"Mataku ingin terpejam."
"Badanku remuk semua ... Mau di gampar!"
Oline terkekeh mendengarkan suara emasnya yang paling merdu dan juga lirik paling bagus sejagat raya itu. Setelah sibuk akan mengurusi berkas untuk pendaftaran kuliah ia juga memikirkan hal yang begitu mengganjal pikirannya. Matanya melirik ke arah Abram yang sibuk menulis di meja dekatnya. "Nyamuk?" panggilnya pelan.
Abram hanya berdeham menanggapi panggilan itu. Lalu, kaki Oline berjalan mendekati cowok itu dengan senyum tak pernah pudar. Tangannya menarik sebuah kursi dan mendudukkan pantatnya disana. Ditemuinya kedua tangannya di atas meja dan sibuk memandangi wajah tampan Abram.
"Gue tau kalau ganteng, jadi, nggak usah kayak gitu lihatinnya," ujar Abram.
Oline mendengus kesal. "Ish! Gue itu mau tanya sama lo. Kira-kira nanti kita mau buka usaha lain gak?"
"Satu dulu yang dijalanin baru kalo sukses lanjut. Jangan semuanya dilakuin sekarang nanti fokusnya terpecah," saran Abram dengan tangan yang masih sibuk menulis dan mata yang tidak menoleh sedikitpun ke arah Oline. Terlihat sibuk dengan tugas. "Emang usaha apa lagi?"
Senyum Oline kembali muncul saat tadi sempat redup. "Lo pasti inget rencana gue waktu nggak mau kuliah. Rencananya gue mau usaha ...."
Abram melotot melihat ucapan Oline yang membuat hatinya merasa tidak enak. "Ngepet aja sono lo!" suruhnya karena malas.
Sedangkan terdakwanya malah tertawa mendengarnya. "Bukan. Lo open BO sama Tante girang lumayan buat tambahan modal," sarannya lebih nyeleneh.
Brak
Abram tidak segan menggebrak meja menimbulkan Oline terkejut bukan main. "Otak lo kemana? Pacar sendiri di suruh open BO! Nggak ngot-"
"Bimbingan online! Dasar mesum," sindir Oline.
Ia memang sengaja memancing keributan Abram, karena begitu garing dan sepi saat ini. Toko yang mereka rintis bersama masih dalam tahap pendesainan. Rencananya akan buka pada malam hari ini.
"Udah sore, mendingan gue mandi terus dandan yang ganteng siap menyambut para berondong keren!"
"Langsung gue gorok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Oline Melandrino (END)
Novela Juvenil"Satu hal yang pasti, lo masa depan dan dia masa lalu." Oline tersenyum menatap Abram. "Gue suka sama lo." *** Oline Melandrino atau yang kerap dipanggil dengan Oo atau ogeb. Anak ketiga dari empat bersaudara, dimana ia paling cantik. Pecinta bebera...