"Mau bertahan dengan kondisi saat ini, karena jika memiliki masalah harus menyelesaikannya bukan malah meninggalkannya."
***
"Jika, merasa canggung maka berusahalah untuk berbaur, bukan malah mengendur dan lama-lama tidak terlihat dimana tempatnya."
***
Zio memperhatikan kakaknya yang masih termenung duduk di depan meja belajarnya seraya membolak-balikkan buku paket pelajarannya tanpa membacanya sama sekali. Tatapannya masih kosong sama seperti saat ia berada di dalam mobil dan hanya duduk terdiam tanpa mengeluarkan sepatah suara pun. Zio yang datang membawa segelas susu coklat itu hanya meletakkannya di dekat kakaknya.
"Minum dulu susunya," pinta Zio.
Oo masih tidak meresponnya. Pandangannya tertuju pada sebuah squisy babi yang ia letakkan di dekat figura fotonya.
Zio berkata, "Buruan di minum, terus mandi. Nanti kak Abram mau jemput lo."
Kini Oo tersadar dari lamunannya saat Zio menyebutkan nama Abram. Seakan nama itu menambah semangat dalam hatinya. Tapi, tidak berlangsung cukup lama, karena ia teringat kejadian tadi.
"Nyamuk pasti marah sama gue ya?" Oo bertanya pada sang adik. Zio hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Dia tadi buru-buru, karena di suruh pulang sama kakeknya," Zio menceritakan semuanya pada Oo. Dimulai saat Abram menghubunginya dan memintanya untuk menjemput sang kakak sampai nanti akan menjemput kakaknya.
Penjelasan dari Zio membuat hati dan juga pikiran buruk Oo terhadap Abram luntur.
"Kalah gue datang ke rumahnya, nanti bakalan di terima atau malah di suruh pulang?"
"Disuruh mati!" Zio malas meladeni kalanya dan langsung melenggang keluar.
"ZIO!!!"
***
Abram sudah menunggu Oo di ruang tamu dengan berbincang-bincang bersama Agatha. Keduanya tampak akrab satu sama lain dan juga sangat cocok.
"Bunda biasanya suka nonton film atau sinetron apa, Bun?" Abram bertanya pada Agatha yang asik mengipasi kacang kulit.
"Bunda lagi suka lihat mas Al!" Agatha tersenyum membayangkan wajah tampan Aldebaran. Ya, pemain sinetron ikatan cinta. "Ganteng banget mas Al itu! Bahkan, bunda pengen punya anak hang ganteng kayak dia."
Abram terkekeh mendengar celotehan Agatha. "Nggak suka serial India Bun?"
Agatha langsung berhenti tersenyum dan langsung menatap Abram. "Bunda nggak suka tap-"
"BUNDA?!"
Oo sudah berjalan mendekati bundanya dan juga sang pacar. Ia menuruni anak tangga dan langsung saja mengambil posisi duduk di samping bundanya.
"Bunda kapan anak-anak aku boleh di bawa pulang?" Oo menatap bundanya dengan wajah begitu memelas, berharap agar bundanya luluh. "Kasihan banget duo kadal, kalau harus di rawat terus sama Dunia fana! Mereka masih piyik bunda!"
"Duo kadal itu siapa?" Agatha bertanya kepada sang putri yang memang selalu tampil aneh.
Oo memasang wajah kecut. "Anaknya si Cici!"
Agatha menganggukkan kepalanya pelan.
Oo masih termenung. Sedangkan, Abram hanya menikmati kacang rebus yang sudah di sajikan Agatha sejak tadi. Menikmatinya dengan tenang dan juga sangat nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Oline Melandrino (END)
Fiksi Remaja"Satu hal yang pasti, lo masa depan dan dia masa lalu." Oline tersenyum menatap Abram. "Gue suka sama lo." *** Oline Melandrino atau yang kerap dipanggil dengan Oo atau ogeb. Anak ketiga dari empat bersaudara, dimana ia paling cantik. Pecinta bebera...