"Terkadang menjauh lebih baik untuk membuatnya sadar. Atau mungkin harus menunjukkan posisinya terlebih dahulu sebelum membuatnya kena mental?" -Oline Melandrino.
***
"Pelakor kalau di biarin ya makin berulah. Mendingan lo jadi single kek gue yang hidup bahagia dan damai sentausa!" -Anza Queenlovi.
***
"Lo akan menjadi ratu dan selalu di bela ketika berada di dekat orang yang tepat. Namun, jika perbuatan itu baik dan bila buruk ya tidak akan di bela-lah!" -Abram Denando.
***
Pagi-pagi Oo sudah berada di sekolahan hanya untuk memastikan Wek Mar, sudah memasak soto kesukaannya. Setiap pagi yang akan di kunjunginya adalah kantin bukan kelas, perpustakaan atau bahkan kantor guru. Tidak ada yang tahu menahu akan kebiasaannya ini, kecuali Wek Mar, dan beberapa guru serta penjaga sekolah yang selalu ia sapa dan temui.
Oo menarik bangku di dekat Wek Mar yang masih sibuk memotong daun seledri dan juga menyuwiri daging ayam untuk taburan sotonya. "Wek? Sotonya udah jadi belum?" Oo memandangi Wek Mar dengan santai. Jarinya mengetuk-ngetuk pelan meja di hadapannya itu.
"Belumlah, masih kurang bumbunya. Nanti, kalau sudah selesai Wek bikinin sesuai sama kesukaan kamu." Wek Mar masih sibuk memotong daun seledri dan sesekali melirik Oo. "Nggak masuk ke kelas?" Oo menggelengkan kepalanya.
Wajahnya begitu lesu dan memelas, membuat Wek Mar bertanya-tanya apa yang sebenarnya tengah terjadi pada cewek bar-bar nan hiperaktif ini? Biasanya akan pecicilan, kenapa sekarang murung?
Wek Mar berkata, "Kenapa murung? Nggak biasanya kamu kayak gini," ungkapnya. Jangankan kesal, Wek Mar malah merasa penasaran dengan perubahan sikap cewek ini. Ya, jika sudah biasa melihat orang ceria dan berubah murung pasti banyak kejadian janggal dan aneh yang kurang dalam menjalani hidup ini.
Oo meminum teh hangatnya dan kemudian menatap Wek Mar dengan tatapan menyebalkan jika di depan Aa. "Galau Wek. Menurut, Wek Kalau saya cemburu sama pacar sendiri salah nggak sih?" Oo menopang dagunya dengan tangan yang bertumpu pada meja. Pandangannya tidak berubah dan masih tetap masa memperhatikan Wek Mar.
"Nggaklah. Cemburu itu sifat alamiah manusia. Kalau kita nggak cemburu, berarti tandanya kita nggak suka sama dia dan nggak takut kehilangan dia. Wek juga kalau suaminya deket sama cewek lain pasti cemburu."
"Nggak salah berati ya?" Oo bertanya dengan polosnya. Wek Mar menggeleng.
"Jadi, cewek jangan cuma diem aja waktu liat cowoknya dekat sama cewek lain. Terlebih ceweknya itu ganjen!"
"Kenapa emangnya?"
"Nanti, lama-lama itu cowok bakalan kecantol juga sama cewek itu." Wek Mar beranjak dari kursi untuk meletakkan nampan berisi irisan daun seledri itu dan kembali duduk di dekat Oo. "Apalagi kalau sahabatnya waktu kecil. Apalagi nih ya!"
"Apalagi apa Wek?" Oo memiliki tingkat penasaran yang begitu tinggi, sehingga tidak mungkin membiarkan hal ini lolos begitu saja. "Cepet Wek!"
"Sahabatnya itu cewek!"
Oo berpikir keras dengan hati serta otaknya. Apakah Abram juga akan meninggalkannya? Apakah kisah cintanya akan berakhir dengan tragis juga? Oh, tidak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Oline Melandrino (END)
Teen Fiction"Satu hal yang pasti, lo masa depan dan dia masa lalu." Oline tersenyum menatap Abram. "Gue suka sama lo." *** Oline Melandrino atau yang kerap dipanggil dengan Oo atau ogeb. Anak ketiga dari empat bersaudara, dimana ia paling cantik. Pecinta bebera...