40. Terkuaknya Fakta

13 8 0
                                    

"Masa lalu yang telah lama tidak perlu di ungkit, jika tujuannya untuk membuka luka lama." -Oline Melandrino.

***

"Sejauh apapun lo berusaha, jika dia tidak di takdirkan untukmu, maka ia akan pergi dengan sendirinya." -Abram Denando.

***

Oo menatap ketiga cowok di depannya dengan tajam. Matanya sudah ingin copot saat ini, ketiganya hanya menundukkan kepala sesekali mengumpat.

Selama mereka sampai di pinggiran jalan hendak makan mie ayam, tidak ada suara yang masuk ke dalam telinga mereka. Semua terdiam, Abram hanya diam sesekali menempeli pipinya menggunakan es batu yang ia minta pada penjual mie ayam.

"Aws," rintihnya. Perih saat dingin menyapu lukanya. Rasa kesalnya pada ketiga cowok itu masih ada. "Orang bego," umpatnya.

Kalian jangan lupa jika sifat Oo dan Abram tidak jauh berbeda.

Oo menoleh ke arah Abram. "Masih sakit?" Abram mengangguk. Berharap jika Oo akan bersikap romantis dan mengobatinya.

"Kenapa nggak langsung masuk rumah sakit aja sih?!" Oo mendengus kesal.

Abram melebarkan matanya dengan sempurna. Maksudnya?

Sedangkan ketiga cowok tadi hanya tertawa dalam hati mereka melihat sikap menyebalkan Oo.

"Nyo maksud?!" Abram langsung menoleh ke arah Oo dengan hawa tidak tenang. "Lo doain gue masuk rumah sakit?!"

"Samyang aneh! Untuk gue sayang," gerutunya.

Oo tertawa melihat kekesalan dalam diri Abram. "Lagian luka dikit aja lo ngeluh! Lihat punya gue baru kicep lu!"

"Ambok!"

"Tenanan!"

"Serah!" Abram kembali menempelkan es batu itu ke lukanya dengan perlahan.

Oo terkekeh dan kembali memperhatikan ketiga cowok di hadapannya. "Maksud kalian nyerang nyamuk apa?"

Mereka bertiga hanya saling melirik satu sama lain. Kaki mereka saling menyenggol meminta untuk menjawab.

"Lo jawab!" seru cowok yang sedari tadi memainkan kunci di tangannya.

"Lo aja," suruh cowok yang lainnya.

"Kan lo yang minta nyerang dia bego!" umpat cowok itu.

"Jawab aja ngapa sih?!" Oo kesuh sendiri mendengarnya.

"Maksudnya si Dono ini mau bales dendam sama nih cowok!" Cowok yang sedari tadi memainkan kunci itu menunjuk Abram yang hanya memasang wajah cengo. Ingin sekali Oo menimpuk kepalanya agar bisa waras.

Abram tidak memperdulikan mereka bicara, lebih baik diam dan diam.

"Mila gebetannya si Dono, minta bantuan buat bikin pelajaran sama nih, cowok, karena udah berani bikin dia nangis. Lo gau sendiri kalau Dono cinta mati sama nih cewek!"

Cerita Cinta Oline Melandrino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang