Sepulang sekolah Oo langsung merebahkan badannya di atas ranjang. Kamarnya berada di lantai dua karena tuntutan Zio yang mau pindah mau tidak mau ia harus ikut, serta tak ada lagi kamar dilantai satu yang kosong. Adiknya itu sangat ia sayangi dan cintai melebihi apapun. Zio yang bersekolah berbeda dengan Oo malas jika harus berangkat terlalu pagi.
"Aduh! Gue gampang banget marah sih hari ini? Efek pms deh ini!" Oo bermonolog sendiri di kamarnya. Ia berdiri masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih.
Setelah selesai mandi ia langsung turun ke bawah untuk menemui bundanya yang sedang memasak. "Wih, baunya harum banget nih masakan kakak ipar gue!" Oo yang baru menuruni satu anak tangga langsung mendapatkan omelan sang bunda. "Jangan ngomong mulu kamu! Liat itu anak tangganya biar ga jatuh lagi!"
Oo cengengesan mendapat omelan sang bunda. Langkahnya menuju meja makan untuk mengambil buah. "Bunda Oo mau keluar sebentar ya?" izinnya.
"Motor kamukan belum selesai di benerin dan mobilnya mau di pake buat jemput Zio," ucap Navya yang notabennya adalah kakak iparnya atau istri kakaknya.
"Persediaan roti Oo habis udahan. Besok mau make apa dong?" ucap Oo.
"Sekalian jemput si Zio gpp deh. Daripada gak bisa keluar," imbuhnya.
"Yaudah, tapi kamu jemput si Zio dulu sebelum nanti tu anak marah. Tau sendiri tu anak kalau marah ngeri sendiri," ucap bundanya.
"Kalau begitu Oo mau berangkat dulu, ya? Mbak ada yang mau di beli gak? Mumpung Oo baik hati ini mau di titipin," tanya Oo kepada Navya.
Navya sedikit berpikir ingin membeli apa dirinya, "kayaknya mbak mau nitip rujak atau gak ketoprak aja deh kalau ada," ujarnya.
"Kalau ada nanti aku beliin," balasnya.
Oo langsung menyaut tasnya dan segera mengambil kunci mobil yang berada di atas kulkas. Dengan langkah girang dan senyum yang merekah ia melompat-lompat kecil sambil berjalan menuju garasi mobil.
Tanpa menunggu lama ia mengeluarkan mobil itu dan segera menuju ke sekolahan adiknya.
***
Cukup cepat Oo sampai di sekolah adiknya. Karena Oo hari ini pulang cepat jadi masih bisa santai menjemput adiknya yang sekarang menginjak kelas 10. Wajahnya yang imut, tampan dan sangat baik menjadi daya pikatnya tersendiri. Oo menganggapnya sebagai anak sendiri.
SMA Dermaga, sekolahan yang cukup elite seperti halnya SMA Angkasa. Zio memilih sekolah ini mengikuti jejak kakak laki-lakinya dan alasan tidak mau sekolah di SMA Angkasa hanya satu alasan yaitu malas bertemu dengan Oo. Memang adik durhaka.
Oo memilih memberhentikan mobilnya di dekat gerbang. Merasa bosan menunggu Zio di dalam mobil akhirnya ia memilih untuk turun dan menunggu Zio di luar. Matanya sungguh merekah ketika melihat para pedagang jajanan kaki lima yang ada di dekat pos satpam. Langkah kakinya menuju penjual itu semakin cepat.
"Mamang saya mau beli somay, batagor tapi gak usah pakai mentimun, ya? Satu porsi jadi satu! Somay satu porsi dan batagornya satu porsi," ucap Oo. Namun, tidak puas rasanya jika hanya membeli itu saja ia melihat beberapa penjual disana.
"Mang saya tinggal kesana dulu," ucapnya. Lalu langkahnya menuju penjual yang lain.
"Mamang beli es degannya satu sama bakso bakar terus cilornya juga, masing-masing 10 ribu," ucap Oo.
"Bude-bude ketopraknya satu sama rujaknya satu tapi gak pakai nanas ya rujaknya," ucap Oo kepada ibu penjual ketoprak dan juga rujak itu.
Sembari menunggu pesanannya yang lama Oo menghampiri pak Satpam yang tengah berjaga. "Pak satpam yang perutnya gede kek bawa galon saya mau tanya dong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Oline Melandrino (END)
Novela Juvenil"Satu hal yang pasti, lo masa depan dan dia masa lalu." Oline tersenyum menatap Abram. "Gue suka sama lo." *** Oline Melandrino atau yang kerap dipanggil dengan Oo atau ogeb. Anak ketiga dari empat bersaudara, dimana ia paling cantik. Pecinta bebera...