***
"Sekuat tenaga lo berusaha melawan dia, maka akan sia-sia juga jika semua menggunakan otot tanpa melibatkan akal dan pikiran."
***
Setelah magrib mereka sudah berkumpul di tempat itu lagi. Dengan Semesta yang asik menikmati camilannya. Tentu saja itu menjadi suatu hal yang paling ia nikmati.
"Makan dulu bro! Kapan lagi kita makan?" Semesta melirik Ferdi dan juga Juju yang hanya diam memasang wajah cemberut. "Muka lo pucet dah kayak mayat anjir!"
Juju melebarkan matanya tidak santai mendengar ucapan dari Semesta. "Muka lo kayak tai kuning!"
"Muka pas-pasan aja belagak kayak artis Angga Yunanda!"
"Angga Yunanda itu kembaran gue yang belum sempat bertemu. Mau ketemu gimana, kalau gue aja nggak mau ketemu?!"
"Sinting!"
"WOY! KAGAK USAH BANYAK BACOT!"
Tiga orang yang asik gibah itu mengerutkan keningnya menatap tidak santai ke arah rombongan itu. Tatapan mereka begitu intens dan juga penuh dengan kemarahan.
"Kerasukan setan mana mereka?" celetuk Juju.
"MAKAN BOLU SAMA KEBO!"
"CAKEP!"
"BOLU-NYA RASA COKLAT!"
"BUKANNYA ITU LO?"
"COWOK YANG BANYAK BACOT?!"
"JIAKHHH!"
Gelak tawa mereka pecah seketika seperti tidak ada permusuhan diantaranya. Semesta dengan enteng mengatakan segala itu dan membuat mereka mengerang kesal.
"JADI COWOK ITU BUKAN BANYAK BACOT BUAT UNGKAPIN JANJI! TAPI, JADI COWOK ITU BERTANGGUNG JAWAB DAN RAJIN NGAJI!" Semesta menatap mereka remeh.
"GUE AJA YANG NONI, TAU, MASA LO KAGAK?!" Semesta kembali melontarkan hal itu. "Mendingan balik Sono lo!"
"Kagak usah banyak bacot lu, Ta!"
"Fakta!"
"SERANG!!!!"
Mereka semua sudah berlari saling memukul dan juga banyak yang hanya saling menatap satu sama lain.
Balok kayu dan tongkat baseball itu sudah seperti gabus saja karena dengan mudah dan entengnya mereka memukul serta mengelak. Erangan demi erangan terdengar lantaran sudut bibir mereka dan juga beberapa ya sudah terkapar tidak berdaya.
Semesta dan Juju hanya menjadi penikmat setia perempuan kali ini. "Mau aja bonyok mukanya."
"Terlalu pake otot." Juju menepuk pundak Semesta saat melihat sebuah motor hitam melaju dengan kencang ke arah mereka. "Siapa itu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Oline Melandrino (END)
Ficção Adolescente"Satu hal yang pasti, lo masa depan dan dia masa lalu." Oline tersenyum menatap Abram. "Gue suka sama lo." *** Oline Melandrino atau yang kerap dipanggil dengan Oo atau ogeb. Anak ketiga dari empat bersaudara, dimana ia paling cantik. Pecinta bebera...