24. Finally

14 19 50
                                    

"Sejauh apapun bentang jarak di antara kita, apabila memang ditakdirkan bersama maka takdir akan mempertemukan kita."

#Abram Denando.

***

"Sedalam apapun lo mencintai orang, jika dia belum bisa berdamai dengan masa lalunya, itu hanya akan membuat hatimu sakit."

#Oline Melandrino.

***

Kantin terasa ramai di pagi hari tatkala jam istirahat sudah berbunyi. Begitu pun dengan Oo dan yang lainnya sudah beranjak ke kantin sebelum bel istirahat. Oh, salah bukan Oo dan lainnya, tetapi lebih tepat Oo seorang. Banyaknya kejadian yang membuat mereka harus berpikir akan seperti apa sebenarnya Oo ini.

Mereka hanya tau Oo yang pendiam dan absurd. Pendiam? Rasanya teman-temannya ingin sekali menyumpal mulut kaleng rombeng itu yang tidak pernah berhenti bicara. Contohnya saja sekarang masih selalu bertanya dan bicara hal tidak jelas. Hanya ada satu cara yang bisa membuatnya berhenti bicara yaitu bertanya masalah siapa pacarnya?

"Kalian harus tau! Trio Cici harus gue mudikin ke rumah Dunia fana. Kasihan bangetkan anak gue?" Oo sibuk mengaduk-aduk es teh di depannya. Bibirnya tidak henti-hentinya mengomel sedari tadi. "Gue nggak bisa jauh dari mereka," cicitnya kecewa.

"Kalian belum lihat betapa gemoy-nya anak gue yang hamil karena di perkosa sama kucingnya Jamileh-kan? Gemoy banget pen gue remet tu badannya bikin gue esmosi!"

"Atau kalian mau lihat mereka? Gue ajak ke rumah Dunia fana gimana?" Oo setia bertanya meskipun tidak ada respon dari ketiga makhluk di depannya saat ini. "Orang tanya bukannya di jawab malah diem semua lo!"

"Pusing dengerin lo ngomel," jujur Au.

"Gue bukannya ngomel tapi ngasih tau sekaligus curhat dan bertanya," terangnya.

"Lagian lo ngomong kek cerobong asap di pabrik tebu noh! Keluar mulu kek kagak ada hambatannya." Aa mulai memasukkan suap terakhir nasi goreng miliknya. Lalu, ia meneguk sampai habis minumannya. "Sejak kapan lo di kantin?"

Oo malah cengengesan tidak jelas, "Sejak pamit ke toilet. Lagian males banget pelajaran pak hamil," ujarnya.

"Pak hamil siapa lagi anjir," sahut Gaffi yang sedari hanya diam mendengarkan celotehan ketiga kaum hawa ini dengan saksama.

"Pak Junaedi, lagian itu perutnya gede kek mau lahiran. Bosen gue Gaga! Mending kalau ganteng atau lucu kek Indro Warkop, ini udah buncit perutnya bikin males terus nih, ya, cuek kek bebek!" Oo mengungkapkan segala unek-uneknya pada ketiga temannya ini.

Au hanya bisa tersenyum tidak tau harus berkomentar apalagi akan tindakan Oo yang bikin pusing tujuh keliling. "Gaf? Pulang nanti ke mall dulu beliin hadiah buat mama ulang tahun."

"Siap pacar."

"Bucin!" Oo mendengus malas.

"Makanya cari pacar sono," suruh Gaffi.

"Ogah!"

Mereka tertawa melihat Oo yang sedari tadi cerewet berubah menjadi diam.

Cerita Cinta Oline Melandrino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang