Annyeong...
Maaf ya, telat lagi up part baru nya🥺
Aku udah berusaha untuk up tepat waktu, tapi emang lagi sibuk banget sama urusan di real life jadi ga sempet deh buat ngetik.
I'm so sorry guys🥺Kalo ada typo, tolong di tandain aja ya:)
Jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kalian😇
Enjoy😘
÷÷÷
.
.
."Kita tidak bisa menilai baik buruk nya orang hanya dengan melihat cover nya saja."
.
.
.Langkah nya memberat kala mendegar pembicaraan seseorang yang tengah menelfon. Setiap kata yang dia ucapkan seakan menampar nya secara perlahan.
"OSIS! OSIS! OSIS! Apa hanya itu yang Daddy tahu?."
"Selama ini Aletta diam karena Aletta males ngebantah sesuatu yang ujung-ujung nya apa yang Daddy mau yang harus Aletta turuti!."
"Terserah Daddy mau lakuin apa, Aletta nggak peduli."
Tut.
Dari sela pintu yang tidak tertutup sempurna, Arkan dapat melihat Aletta melempar benda pipih itu ke atas meja usang yang ada di sana lalu mengusap wajah kesal.
"OSIS sialan!."
"Keluar aja!" Aletta menoleh pada sumber suara.
Wajah kesal nya tadi berubah menjadi dingin. Gadis itu mendaratkan pantat di tempat yang menurutnya bisa untuk di duduki.
Arkan melangkah mendekat ketempat dimana Aletta sekarang, lalu ikut mendaratkan pantat disamping nya.
"Kenapa ga keluar aja?" Arkan masih bertanya-tanya, jika Aletta tidak menyukai OSIS kenapa dia memaksakan diri untuk bergabung?.
"Anggap aja gue percaya dengan ucapan lo tempo hari, kalau lo hanya ingin membatu Elang untuk melawan Lion. Jadi, keluar aja dari OSIS!."
Tanpa gadis itu ucapkan, Arkan tahu, jika Aletta sangat tersiksa bergabung dengan OSIS. Dan Arkan tidak akan egois untuk menahan nya.
Aletta melirik sekilas lalu kembali menatap lurus kedepan "ga ada yang mau keluar."
"Keras kepala" desis Arkan yang masih bisa di dengar oleh Aletta.
Sempat hening sesaat, sebelum akhirnya Arkan kembali mengangkat suara nya.
"Sesuatu yang di paksakan, nggak akan memberikan hasil. Kita itu sama, di tuntut untuk melakukan sesuatu yang dari awal ga pernah terpikirkan untuk kita lakuin."
Dari ekor mata, Aletta dapat melihat wajah tenang Arkan berubah menjadi sendu. Cowok itu menatap kosong kedepan.
"Posisi ketua OSIS, Belajar giat, dan di pandang baik di mata orang-orang. Itu semua ga pernah ada dalam kamus hidup gue. Hingga sampai suatu hari gue memaksakan diri untuk menulis nya..."
"Sekeras dan sekuat apa pun gue mencoba, tetapi tetap sama. Gue hanya berhasil menulis tiga kalimat itu di atas air yang hanya akan bertahan dalam beberapa detik."
"Tertekan. Gue merasa sangat tertekan dengan apa yang gue lakuin sekarang ini." Arkan menghela napas berat membuat Aletta menoleh pada nya.
"Apa pun maksud lo gabung dengan Elang, gue akan terima itu. Tapi jangan buat diri lo tertekan dengan memaksakan diri untuk bergabung dengan OSIS! Rasa nya sesak jika harus tertekan di setiap tarikkan napas kita." Arkan menatap dalam manik mata Aletta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletta Story
Teen FictionAletta V, gadis yang menyandang gelar 'Dewi Pencabut Nyawa'. Gelar itu sudah melekat pada diri nya semenjak ia menduduki bangku SMP. Tak seorang pun yang berani mendekat untuk menjadi teman Aletta. Sedangkan gadis pemilik tatapan dingin itu pun, jug...