.
.
."Semua orang berhak memilih jalan hidup nya sendiri. Tapi kenapa hidup gue selalu di atur oleh jalan orang lain?"
.
.
.Ruang Kepala Sekolah.
Seorang wanita paruhbaya kini menopang dagu dengan kedua tangan nya, menatap pasrah kepada gadis yang hanya memasang ekspresi biasa saja.
"Apa jalan keluar untuk ini semua Aletta?" Tanya wanita paruhbaya yang berstatus kepala sekolah.
Gadis yang di panggil dengan sebutan Aletta hanya memasang raut wajah datar. Menurut nya, apa yang ia lakukan itu tidak salah. Jadi untuk apa ia harus di tanyai jalan keluar seakan-akan ia melakukan sebuah kejahatan.
"Devan dirawat di rumah sakit. Tangan kanan nya mengalapi patah tulang parah dan kamu lah penyebab itu semua. Apa yang harus saya lakukan agar kedua orangtua Devan tidak memperpanjang masalah ini ke hukum?" Kepala sekolah itu tampak frustasi memikirkan jalan keluar yang terbaik untuk kedua belah pihak.
Sedangkan Aletta sendiri tidak peduli jika tangan kanan cowok itu patah atau pun hilang. Kapan perlu cowok itu mati saja, jika di dunia hanya membuat dosa.
"Ok" kepala sekolah itu menyandarkan tubuh pada kursi sembari menatap Aletta lekat.
"Ini keputusan saya. Aletta V kamu di DO dari sekolah ini"
👊
Tok...tok..tok.
Cklikk
"Eh non Aletta" gumam Siti, asisten rumah tangga di rumah Aletta.
Aletta hanya memasang wajah datar, ia masuk kedalam rumah super mewah itu dengan santai. Ia tahu jika kini pelayan dirumah nya tengah melempar tatapan tanya pada Aletta yang pulang sekolah di waktu yang tidak umum bagi anak sekolah. Namun mereka tidak berani menanyakan nya langsuang pada Aletta.
Langkah kaki nya membawa Aletta pada dapur. Tangan kanan Aletta menuangkan air mineral pada gelas kaca, lalu meneguk nya hingga tandas. Pemilik tatapan dingin itu tak sengaja melihat nampan yang berisikan makanan dan minuman.
Detik selanjut nya, ia menoleh pada Siti yang sedari tadi berdiri di dekat nya. Seakan tahu maksud dari tatapan itu, Siti mengangguk lemah.
Aletta menghela nafas berat, mata nya kini mendongak melihat kamar lantai 3 yang tertutup dengan rapat.
"Tolong!" Aletta memberikan tas yang sedari tadi ia sandang kepada Siti. Dengan sigap Siti mengambil dan mengangguk lalu pergi meletakkan tas itu kekamar Aletta.
Baru saja Siti meninggal kan nya, Aletta langsung meraih nampan tersebut dan melenggang pergi menaiki anak tangga menuju lantai 3.
Tok...tok..tok.
Cklikk
Bukan nya masuk Aletta malah berdiri diam di ambang pintu, tatapan nya tersita pada seseorang yang kini di baluti selimut di sekujur tubuh nya dengan posisi tubuh membelakangi pintu.
"Lo di DO?" Tanya gadis yang ada dalam balutan selimut itu.
"Makan!" Aletta melangkah masuk kedalam kamar yang bernuansa biru itu. Lalu meletakkan nampan makanan yang tadi ia bawa di atas nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletta Story
Fiksi RemajaAletta V, gadis yang menyandang gelar 'Dewi Pencabut Nyawa'. Gelar itu sudah melekat pada diri nya semenjak ia menduduki bangku SMP. Tak seorang pun yang berani mendekat untuk menjadi teman Aletta. Sedangkan gadis pemilik tatapan dingin itu pun, jug...