Jangan lupa di share ya cerita ini keteman-teman kalian:)
!Part kali ini sedikit panjang!
Kalo ada typo tolong di tandain aja ya😉👍
Enjoy😘
÷÷÷
.
.
."Ketika lidah mu mulai mengatakan sesuatu yang mungkin menyakiti hati seseorang, ingat lah ucapan mu tidak dapat di tarik lagi. Itu kenapa kita di ajarkan untuk berpikir sebelum berbicara."
.
.
.Pernah nggak si berada di posisi luka dalam lebih sakit dari pada luka luar? Lalu mata menjadi pelantara dari semua nya. Setiap tetes nya, memberikan makna dari rasa sakit itu. Pernah berada dalam posisi seperti itu?.
Jika pernah, tolong beritahu Dara bagaimana cara mengobati nya. Setiap kali ia menangis, bukan nya merasa tenang ia justru merasa makin sesak. Bahkan ketika diri nya terluka hingga mengeluarkan tetesan darah, luka dalam masih terasa lebih menyakitkan bagi Dara.
"Ra, perih ya luka nya?" Tanya petugas UKS yang kini tengah mengobati luka di pelipis Dara akibat dorongan Vina.
Dara tidak menjawab, ia hanya menatap nanar kedepan. Tatapan Dara terlihat kosong. Jika boleh jujur, luka itu sama sekali tidak terasa sakit oleh Dara.
Bingung karena tidak ada respon dari Dara, petugas UKS pun menoleh pada Arkan. Arkan tidak mengeluarkan suara tapi memberi gerakan untuk petugas itu melanjutkan tugas nya.
Yap, setelah di cegat Aletta, Arkan masi tetap menolong Dara, bukan karena ia Ketua OSIS tetapi karena kemanusiaan. Arkan tidak bisa meninggalkan seseorang yang jelas-jelas sangat membutuhkan bantuan. Ia akan berdosa jika mengabaikan nya.
"Selesai" petugas UKS itu lalu mengemasi barang-barang yang tadi ia gunakan untuk mengobati luka Dara, memasukkan nya kembali kedalam kotak P3K.
Setelah meletakkan nya ke tempat semula, ia pun keluar dari ruangan UKS "gue duluan ya." Arkan, Marvel, Daniel dan Zyan mengangguk sembari mengucapkan terimakasi kepada petugas itu.
"Ra, lo pulang sama siapa? Mau kita anter ga?" tawar Daniel yang diangguki setuju oleh mereka bertiga.
Seperti kehilangan nyawa nya Dara hanya mematung dengan mulut bungkam mengabaikan setiap pertanyaan dari orang-orang sekitar nya. Daniel yang heran melempar tatapan tanya pada sahabat-sahabat nya.
"Gue tahu Ra, lo pasti lagi mikirin ucapan Aletta. Jika gue di posisi lo gue juga pasti bakalan kesinggung sama ucapan cewek itu. Ya Kalo pun dia nggak mau nolong, setidak nya nggak usah ngucapin kata-kata yang nyakitin orang juga" ujar Marvel sembari mendaratkan pantat nya di tepi brankar UKS yang berada tepat di depan Dara.
Mata Dara seketika melirik pada Marvel ketika nama Aletta di sebut-sebut "gue nggak tersingguk sama ucapan Aletta" jawab gadis itu dengan mata berkaca-kaca.
Marvel terkekeh kecil "nggak mungkin. Dari tadi kita liat lo ngelamun aja, kalo nggak mikirin ucapan Aletta trus mikirin apa dong?."
Mata Dara memerah menahan tangisan nya "yang Aletta ucapin itu benar..." entah kenapa dada ia mendadak sesak ketika ingin melanjutkan kalimat nya.
"Kalian harus nya nggak nolongin gue ,,, g-gue nggak pantes buat di tolong" tangisan Dara tak dapat ia sembunyikan lagi.
Gadis itu menunduk menyalurkan rasa sesak di dada nya dengan sebuah tangisan. Menangis adalah cara terbaik untuk menghilangkan kegusaran. Setidak nya dengan menangis, sesuatu yang mencekik leher nya sedikit melonggar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletta Story
Teen FictionAletta V, gadis yang menyandang gelar 'Dewi Pencabut Nyawa'. Gelar itu sudah melekat pada diri nya semenjak ia menduduki bangku SMP. Tak seorang pun yang berani mendekat untuk menjadi teman Aletta. Sedangkan gadis pemilik tatapan dingin itu pun, jug...