[25] Jaket

1.5K 36 0
                                    

Vomentnya ya bunda!

Kalo typo tandai!

Happy Reading All💙

▪️▪️▪️▪️▪️

25. Jaket

"Huft...malesin banget sih, mana nih perut gak bisa diajak kerjasama," keluh Sisil merasakan tidak nyaman dan sakit pada perutnya yang seperti ditusuk jarum. Rasanya ia ingin cepat pulang dan beristirahat.

isil mengambil tasnya yang berada di atas meja, dirinya sekarang tengah berada di ruang ekstrakurikuler musik. Seharusnya ekstrakurikuler itu berlangsung besok. Namun, berhubung pengajar itu besok tidak bisa. Maka dengan mendadak dilaksanakan hari ini. Sangat mustahil untuk bolos mengingat ekstrakulikuler musik dibawah naungan Bu Gita, guru killer yang paling disegani.

"Aaa..." Sisil terperanjat kaget melihat Devan dengan santainya berdiri dengan menyenderkan tubuhnya pada dinding depan ruangan tempat Sisil.

Cowok itu sangat tidak mematuhi peraturan, baju yang sudah keluar dan kusut, dasi yang sudah tidak rapi juga kedua kancing atas baju yang terbuka menunjukkan sedikit bagian dada miliknya, serta rambut yang sudah lusuh dan berantakan seperti rambut sapu.

"Lo ngapain sih di sini?" Tanya Sisil heran dengan kedua tangan memegang tali tasnya.

"Nungguin Bu Gita," jawab Devan membuat Sisil ber-oh ria seraya mengangguk kecil.

"Ya nungguin pacar gue lah, ya kali gue nunggu Gita Lampir," ucap Devan seraya dibelakang Sisil yang memakai sepatu.

"APA KAMU BILANG??" Pekik Bu Gita yang baru keluar dari ruangannya dengan muka merah amarahnya seraya memegang pinggangnya.

Devan yang mendengar itu menoleh, menampilkan ekspresi datarnya. "Kenapa Bu?"

"Tadi kamu bilang apa?" Tanya Gita sembari membenarkan letak kacamatanya.

"Saya bilang sama pacar saya tuh." Tunjuk Devan pada Sisil yang membelakangi mereka, yang ternyata menahan tawanya.

"Iya kamu bilang apa tadi?" Tanyanya masih dengan nada garangnya.

"Yang mana?" Devan balik bertanya dengan raut berfikir.

"Lampir-lampir tadi apa?!"

"Ibu salah denger kali," elak Devan.

Sisil berdiri dari jongkoknya setelah selesai memakai sepatunya. Berpamitan pada Bu Gita.

"Bu saya duluan ya," pamitnya namun dicegat oleh Bu Gita membuat langkahnya terhenti.

"Kenapa Bu?"

"Tadi Devan bilang apa?" Tanyanya pada Sisil yang berjarak empat langkahan darinya.

Sisil berfikir sejenak. "Oh Devan tadi bilang katanya Gita si lampir gitu Bu," adunya dengan tawa tertahannya menatap raut wajah Devan yang terkejut sekaligus kesal.

"Ya udah saya duluan," ucap Sisil seraya berjalan menjauh, dengan hati memekik kegirangan.

"Eh saya juga pamit Bu," ucap Devan hendak berlari seakan tau akan ada bom yang meledak.

Dengan sekali gerakan Bu Gita menarik kuping Devan dan menjewernya membuat Devan memekik kesakitan. "Mau kemana kamu hah?!"

"Coba bilang ke saya langsung tadi kamu bilang apa?" Tanya Bu Gita tak melepaskan jewerannya.

"Anjing," umpat Devan spontan lalu menutup mulutnya yang keceplosan.

"Kamu nih ya tadi ngatain saya lampir, sekarang ngatain saya anjing. Mau kamu apa?" Tanyanya dengan nada semakin meninggi.

DEVAN ALVIANO [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang