[39] Dia Siapa?

1.3K 37 0
                                    

Hallo guys.
Maaf ya untuk sekarang ini sampe besok minggu agak ngaret updatenya dikarenakan lagi bantu-bantu acara nikahan sodara😀

Untuk hari ini aku mau double update
Hihi

Sebelum baca vote dulu lalu jangan lupa komentarnya.

Happy Reading All💙

▪▪▪️▪️▪

39. Dia Siapa?

Sisil melangkahkan langkahnya menuju kelas XI-4 ia bertekad akan menemui Devan yang entah ada apa dengan pria itu.

Memasuki pintu dengan langkah mantapnya, sontak membuat penghuni kelas itu menatap dirinya. Atensi Sisil mengedar ke seluruh kelas lalu terfokus pada pria yang kini sibuk dengan ponsel ditangannya, seperti biasa cowok itu selalu berantakan dengan seragamnya. Sisil melangkahkan kakinya menuju Devan yang hanya berdua dengan Bastian. Mungkin teman-teman yang lainnya ke kantin.

"Devan," panggil Sisil dengan senyum manisnya.

Devan mendongak menatap wajah Sisil sebentar lalu ia mengalihkan pandangan ke arah lain. Bastian yang selalu cuek dengan sekitarnya pun tak menatap Sisil, ia pun hanya fokus dengan ponsel ditangannya.

"Kenapa?" Tanya Devan dingin.

"Kamu kemana aja? Kenapa ga ngabarin? Aku chat juga ga dibales?" Serobot Sisil menginginkan penjelasan keadaan cowok itu sejak kemarin yang hilang entah kemana.

"Sibuk," jawabnya lagi-lagi cuek.

"Sibuk apa?"

"Kepo banget sih? Harus banget dijawab?" Sentak Devan dengan nada sedikit tak suka.

Sisil menunduk dalam. Mengapa Devan yang dulu kembali? Mendongak kembali menatap takut pria di depannya.

Sisil menggeleng pelan. "Gak perlu, aku ke sini cuma mau nanyain kabar kamu aja."

"Udah?" Tanya Devan diangguki Sisil.

Dengan senyum tipis Sisil mengangguk pelan. "Udah kok."

"Yaudah sana, aku lagi gamau diganggu," usir Devan dengan ketusnya.

"Kalo kamu butuh temen cerita, bisa kok kamu cerita sama aku. Aku bakal jadi pendengar yang baik. Kalo kamu butuh tempat bersandar, aku bisa jadi tempat bersandar itu. Atau kamu butuh rumah buat pulang, pintu aku selalu kebuka buat kamu," tutur Devan dengan senyum tulusnya. Pandangan teduh itu memancar tulus ke arah Devan.

"Aku bakal selalu ada buat kamu, sama halnya kayak yang kamu bilang kemarin. Kamu selalu ada buat aku," lanjut Sisil karena Devan hanya diam saja.

"Aku ke sini cuma khawatir aja sama kamu. Karna gak kayak biasanya kamu ga ngabarin. It's oke, aku paham kamu lagi gak mau diganggu."

"Tapi kamu harus cepet balik ya," pinta Sisil dengan nada memohon.

"Aku...kangen kamu," cicit Sisil dengan pelan lalu menundukkan kepalanya.

"Aku ke kelas dulu," pamitnya lalu pergi dari sana dengan Devan yang mematung di tempatnya.

🌈

DEVAN ALVIANO [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang