Sesuai janji aku buat double update.
Vote dulu, and selipkan komentar terbaik kalian! Hihi
Happy Reading All💙
▪▪▪️▪▪
50. Rindu yang menjalar
Devan memberhentikan motornya tepat di depan rumah sederhana bercat hijau tosca. Menatap rindu rumah keduanya yang sekarang sirna.
"Ngapain sih dia masih disitu?" Decak Devan menatap tak suka pada motor yang terparkir rapi di halaman rumah Sisil, yang sangat jelas sekali Devan mengenalinya.
"Sil," lirihnya pelan menatap jendela kamar Sisil yang tertutup rapat.
"Gue kangen..."
"Gue harap kita bisa sama-sama lagi," ucap Devan penuh harap.
Devan sekarang sendiri, bahkan para sahabatnya pun masih mendiaminya sampai sekarang. Markas pun tak ada anggota inti dari Deflix. Entahlah mereka masih marah padanya, semoga saja mereka tidak berfikir untuk keluar dari Deflix.
Devan mengacak rambutnya kasar. "Salah gue, goblok banget sampe bisa gini."
"Padahal jelas-jelas gue bilang sendiri kalo gue gak suka liat lo nangis, ataupun terluka," ujar Devan setia menatap jendela kamar Sisil yang masih tertutup rapat.
"Tapi gue sendiri malah justru yang bikin lo nangis Sil, justru gue sendiri yang bikin luka buat lo," lanjut Devan menundukkan kepalanya.
Ting!
Ting!
Ting!
Ting!
Ting!Devan merogoh kantongnya, mengambil benda pipih itu. Suara ponselnya menandakan bahwa ada pesan masuk.
A
Devan sayang
Papa kamu nyuruh kamu pulang ke rumah
Sekarang ya
Aku juga disini, aku tunggu
I love u babe💗Devan berdecak malas membaca pesan-pesan dari Amanda, memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantongnya tanpa membalas apapun pada Amanda.
Devan memakai helmnya, lalu menyalakan mesin motornya meninggalkan rumah Sisil. Melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya.
Sudah paham sekali jika papanya menyuruhnya pasti tidak akan ada kata tolakan lagi, atau dapat dipastikan bahwa Devan akan mendapatkan akibatnya. Sikap papanya yang keras sangat susah untuk dilanggar.
Mungkin Devan bisa meminta untuk membatalkan perjodohannya itu. Semoga saja papanya mau mendengarkan keluh kesahnya. Devan, tak bahagia sekarang.
🌈
Devan memasuki rumahnya dengan langkah malasnya.
"Devan," panggil suara bariton milik Hendra--papa Devan--yang kini berjalan ke arahnya.
"Ada apa Pa?"
Hendra mendudukkan dirinya pada sofa. "Duduk sini."
Devan menurut, ia ikut mendudukkan dirinya di depan Ayahnya.
"Papa mau setelah lulus nanti kamu langsung menikah dengan Manda," ucap Hendra langsung pada intinya.
Devan terkejut di tempatnya mendengar penuturan Ayahnya itu. "Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVAN ALVIANO [SELESAI✔]
Novela JuvenilAwalnya bersama mu adalah hal yang tak pernah mau kujalani, namun seiring dengan waktu akan sisi lain dirimu, hal itu menjadi sebuah cerita yang tak ingin ku akhiri. Tak pernah terpikirkan dibenak Sisil akan menjadi babu seorang Devan, cowo famous d...