[23] Roti Jepang

1.6K 38 0
                                    

Vomentnya yup!

Typo tandai!

Happy Reading All💙

▪️▪️▪️▪️▪️

23. Roti Jepang

Devan berjalan di koridor yang menghubungkannya dengan kelas Sisil. Sedari tadi pria itu tidak tenang dengan kondisi Sisil yang sakit, ia suruh pulang pun Sisil dengan sikap keras kepalanya itu kekeh untuk tetap bersekolah.

Sepertinya karna dirinya juga yang dengan sengaja kemarin membuat surat izin palsu dengan alasan Sisil sakit, apa iya ini karna itu? Katanya omongan itu doa, jika iya itu karna surat kemarin berarti sama saja Devan mendoakan Sisil sakit.

"Apa iya karna surat izin yang palsu kemarin? Jelas-jelas kemarin gue nyuruh Reno buat bikin alasannya sakit, terus sekarang Sisil beneran sakit," gumamnya seraya terus berjalan.

Mungkin ini terakhir kalinya ia akan membuat izin palsu seperti itu, karna nyatanya bertimbal balik seperti sebuah doa. Ia tidak akan lagi seperti itu, membayangkan jika ia melakukan itu dengan alasan yang lebih dari ini? Lalu bagaimana jika kejadian nyatanya justru lebih horor?

Senyuman Devan terukir kala tiba-tiba terlintas ide konyol di otaknya. "Gimana kalo gue besok ajakin Sisil bolos lagi, terus alasannya karna Sisil mau nikah sama gue. Apa bakal kejadian nyata?" Devan bermonolog diakhiri kekehan ringan di akhir kalimatnya. Jika ada yang melihat mungkin Devan akan dikira orang gila karna tersenyum sendiri.

Menetralkan raut wajahnya menjadi datar kembali saat atensinya melihat Rara dan Mita yang keluar dari kelasnya.

"Sisil mana?" Tanya Devan membuat langkah mereka berhenti.

"Ada di dalem," jawab Mita diangguki Devan.

Pandangan Devan beralih pada sebuah kunci motor yang menggantung pada jari telunjuk Rara yang mengayun. "Mau pada kemana?"

"Mau beliin Sisil sesuatu," jawab Rara lalu menarik tangan Mita agar kembali melanjutkan jalannya.

"Beliin apa?" Tanya Devan menghentikan langkah mereka.

"Kebutuhan," jawab Rara membuat Devan tiga kali melangkah menyamakan posisinya tepat berada di samping mereka.

"Sisil butuh apa?" Tanyanya dengan alis terangkat.

Rara berdecak, Devan ini tidak mengerti apa bagaimana sih? "Lo gak ngerti juga kebutuhan cewek?" Tanyanya membuat Devan menggeleng. "Lagian emang kalo kita kasih tau lo mau apa?"

"Mau beliin lah," jawabnya sontak membuat mereka menganga. Tak habis pikir dengan jalan pikir Devan.

"Serius lo mau beliin?" Tanya Mita dengan raut syoknya.

Dengan mantap Devan mengangguk. "Iyalah secara gue pacarnya, jadi gue bakal siap sedia apa yang pacar gue butuhin."

"Emang apa yang dia mau?" Tanyanya Devan lagi.

"Emmm...anu." Mita menggaruk kepalanya yabg tidak gatal, bingung juga ingin menjawabnya.

"Udah ga usah, ntar lo malu lagi. Kita aja," putus Rara hendak melangkahkan kakinya namun dengan sekali gerakan Devan mencekal lengan Rara, saat langkah itu sudah berhenti ia pun melepaskan cekalannya.

DEVAN ALVIANO [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang