Holla
Vote dulu bund!
Komentar nya jangan lupa!
Oke?
Typo? Tandain😉
Happy Reading All💙
▪▪▪️▪️▪
43. Nila
Sisil berjalan keluar dari kelasnya berniat akan menuju kamar mandi. Bisa saja Sisil ditemani namun karna guru matematika yang killer memang hanya mengizinkan satu anak saja jika izin tanpa teman.
"Sisil," panggil seseorang pelan dari belakangnya membuat Sisil lantas memberhentikan langkahnya lalu menolehkan kepalanya.
Dilihatnya Nila dengan pandangan tak seperti biasanya. Bukan lagi pandangan emosi penuh kebencian, bukan lagi pandangan iri dengki, terlihatnya sifat Nila yang dulu sirna.
"Ada apa?" Tanya Sisil menampilkan wajah datarnya.
"Gue pengen ngomong sama lo. Bisa gak lo ikut gue sebentar?" Tanya Nila dengan nada pelannya.
Kening Sisil berkerut bingung. "Kemana?"
"Sebentar aja," pinta Nila memohon.
Sisil berdecak. "Jangan lama-lama."
Nila mengangguk menyetujui lalu menarik pergelangan tangan Sisil pelan. Sungguh ini bukan seperti Nila yang ia kenal. Kemana Nila yang judes kasar dan bacotan?
Sisil mengikuti langkah Nila yang membawanya ke UKS.
"Ngapain sih?" Tanya Sisil masih bingung maksud dari Nila.
Nila meraih tas berwarna merah miliknya yang bertengger di atas brankar yang entah ia taruh kapan.
Nila merogoh isi di dalam tasnya, mengambil sesuatu di dalama tas miliknya. "Buat lo," ucapnya seraya menyodorkan sebuah kotak bermotif bunga pada Sisil.
"Buat gue?" Tanya Sisil dengan mata memicing.
Nila mengangguk. "Iya, sebagai hadiah ulang tahun lo. Hbd ya."
Sisil menerima dengan perasaan sedikit takutnya. "Thanks Nila."
Nila tertawa pelan melihat ekspresi Sisil. "Hahaha lo biasa aja kali ekspresinya. Ga macem-macem kok isinya, tenang aja."
"Lo beda aja," tutur Sisil membuat Nila lagi-lagi tertawa.
"Beda gimana?" Tanya Nila.
"Ya beda aja."
"Gaboleh nih?" Tanyanya dengan kikikan gelinya.
"Bolehlah kalo ga bikin ulah kan seneng gue."
Nila tertawa menanggapi. "Hahaha berarti boleh dong gue jadi temen lo?" Tanya Nila membuat Sisil melongo di tempatnya.
"Temen gue?" Tanyanya diangguki Nila.
"Boleh kan?" Tanya Nila dengan alis naik turun.
"Lo becanda?"
"Gue serius. Gue udah sadar kalo cinta ga bisa dipaksain. Mau gimana pun gue paksa Devan buat suka sama gue, kalo hatinya buat lo, mustahil buat suka sama gue," tutur Nila lalu tersenyum tipis diakhir kalimatnya.
"Akhirnya."
"Jadi kita temenan?" Tanya Nila dengan kedua alis naik.
Sisil mengangguk. "Tentu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVAN ALVIANO [SELESAI✔]
Подростковая литератураAwalnya bersama mu adalah hal yang tak pernah mau kujalani, namun seiring dengan waktu akan sisi lain dirimu, hal itu menjadi sebuah cerita yang tak ingin ku akhiri. Tak pernah terpikirkan dibenak Sisil akan menjadi babu seorang Devan, cowo famous d...