[44] Marah

1.2K 45 0
                                    

Vote dulu bro!

Udah?

Komentarnya janlup!

Typo? Tandain😉

Happy Reading All💙

▪▪▪️▪️▪

44. Marah

"Romi?!" Tanya Devan dengan nada tak sukanya ketika membaca nama seseorang yang tertera pada kotak berwarna putih yang sekarang milik Sisil.

Devan dan Sisil berada di parkiran sekolah, dengan teman-teman mereka yang sudah pulang terlebih dahulu.

Saat Devan selesai membantu Sisil mengenakkan helmnya lantas pandangannya terfokus pada dua kotak di tangan Sisil, yang mencuri perhatiannya pada kotak berwarna putih.

"Ini dari Romi?" Tanya Devan dengan nada meningginya, jelas sekali raut tak suka Devan pada nama Romi.

Sisil mengangguk pelan dengan kepala yang ia tundukkan. Jujur saja ia tak berani menatap wajah Devan yang sekarang, terlihat menakutkan jika seperti ini.

"Kapan?" Tanya Devan tanpa ekspresi.

"Tadi...pagi," jawab Sisil takut-takut.

Devan memijat pangkal hidungnya perlahan. "Kenapa ga bilang? Gamau bilang ya? Mau disembunyiin aja?"

Sisil mendongak menggeleng cepat, tidak menyetujui asumsi yanh diberikan Devan. "Bukan gitu, tap--"

"Tapi apa? Kalo tadi aku ga liat pasti kamu ga bakal ngasih tau kan?!" Ujar Devan dengan emosi yang menguak serta dada yang naik turun.

"Maaf," lirih Sisil kembali menundukkan kepalanya.

Devan menghembuskan nafasnya berat. "Kan aku udah bilang, gada cowok yang boleh deketin kamu, kecuali aku!"

"Masih ga ngerti juga hm?" Tanya Devan setengah berbisik di dekat telinga Sisil.

"Maaf Devan," tutur Sisil lagi dengan kepala yang terus menunduk tak berani menatap Devan.

Devan menarik dagu Sisil membuat kepala Sisil mendongak menatapnya. "Aku di sini, bukan dibawah. Jangan nunduk."


Devan mengangguk pelan. "Maaf kalo aku tadi emosi."

Lalu tanpa aba-aba Devan menarik Sisil dalam dekapannya. Mendekap erat tubuh itu, aroma khas milik Sisil memang selalu membuatnya candu.

"Aku gini karna ga suka liatnya. Aku cemburu," cicit Devan pelan dengan dagu yang bertumpu pada kepala Sisil.

🌈

"Devan!" Panggil Sisil seraya berjalan, sedikit teriak pada Devan yang baru saja memberhentikan motornya.

"Sisil?" Kaget Devan termasuk anggota inti Deflix saat Sisil berada di depannya. Sorakan serta ucapan selamat pada Devan terhenti begitu saja.

"Kok kamu bisa--"

"Kaget?" Tanya Sisil membuat Devan tercekat.

DEVAN ALVIANO [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang