[36] Aku-Kamu

1.2K 36 1
                                    

Vomentnya yuu!

Happy Reading All💙

▪▪▪️▪️▪

36. Aku-Kamu

Devan mencekal lengan Sisil saat ia hendak masuk ke dalam mobil. Membuat pergerakan Sisil terhenti.

"Kenapa?"

"Gue ada sesuatu buat lo," ucap Devan lalu berjalan pada bagasi mobil, mengambil sesuatu di sana.

"Tara-!" Seru Devan seraya menunjukkan buket bunga dihadapan Sisil.

"Buat gue?" Tanya Sisil membuat Devan berdecak gemas.

"Ya iyalah masa buat nyokap lo? Bisa digorok sama bokap lo yang ada," ujar Devan membuat Sisil tertawa.

Sisil menerimanya mencium aroma dari mawar pink tersebut. "Thanks," ucapnya seraya menatap wajah Devan dengan senyuman manis.

"Jujur gue gak tau bunga apa yang lo suka, makanya gue beliin lo itu."

"Gue suka kok semua hal tentang bunga," ujarnya dengan senyum manis.

"Lo gak mau kita panggilannya jadi aku kamu?" Tanya Devan membuat Sisil terdiam.

"Tapi kalo lo gak mau yaudah kita kayak biasanya aja," sambung Devan saat melihat Sisil yang diam saja.

"Eh ngga... Aku mau kok," ucap Sisil membuat Devan tersenyum lebar.

"Deal ya?" Tanya Devan diangguki Sisil.

"Yaudah ayo balik," ajak Devan membukakan pintu mobilnya.


"Tapi sebelum itu..." Devan menggantung ucapannya membuat Sisil menoleh ke arahnya dengan raut bertanya.

"Boleh gak aku peluk kamu?" Tanyanya dengan puppy eyesnya.

"Eh tapi kalo gaboleh aku gak maksa kok, kalo mau aja," sambung Devan.

Sisil mengangguk pelan. "Bo--leh."

Mendengarnya Devan lantas mendekap erat tubuh mungil Sisil, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Sisil. Aroma blueberry Sisil memang membuatnya candu. Devan dapat merasakan kenyamanan di sana. Entahlah berada di dekat Sisil memang senyaman itu, rasanya tidak ingin melepaskannya.

Sisil yang mendapatkan perlakuan tersebut tentu bergidik geli dengan jantung yang berdebar kencang, dapat Sisil rasakan dengan jelas hembusan nafas milik Devan. Bau mint yang menyeruak ke indra penciumannya.

"Dev?"

Devan lantas melepaskan pelukannya, menatap manik mata teduh milik gadisnya itu. "sorry kelamaan ya?" Ucap Devan tak enak hati seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sisil menggeleng pelan dengan pipi bersemu merah mengingat hal yang baru saja mereka lakukan.

"Malu diliatin," lirih Sisil menunduk malu.

Devan melihat sekitar, benar saja mereka tak luput dari pandangan orang-orang disekitar restoran tersebut. Namun ekspresi yang ditampilkan Devan berbanding terbalik dengan Sisil. Jika Sisil yang malu Devan justru bersikap biasa saja seolah hal yang biasa.

DEVAN ALVIANO [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang