#NakalBerkelas LXI

79 15 0
                                    

Ketika Alexa mengambil minuman di dapur, ia mendengar ada yang menekan bel rumahnya. Sepertinya, Leo dan bundanya sudah datang untuk menjemput Bella.

Dengan cepat Alexa meletakkan minumannya lalu membuka pintu. Alexa menampakkan dirinya dan melihat sosok laki-laki yang begitu ia cinta. Rasanya seribu kali lebih sakit dibanding sebelumnya.

Kenyataan bahwa Leo bukanlah untuknya sungguh menyiksa batinnya.

Meski terpaksa, Alexa tetap menampilkan senyum terbaiknya saat menyambut kehadiran Riana.

"Selamat pagi, tante mau jemput Bella ya?" Tanya Alexa, basa-basi.

Tentu saja Riana tak dapat menyembunyikan raut terkejutnya. Namun, sebisa mungkin wanita itu terlihat biasa saja. Pandangannya menyapu ke dalam ruang tamu, memastikan apakah Bella ada di dalam atau tidak.

Detik berikutnya Riana mengangguk. "Pagi nak Alexa, iya bunda mau jemput Bella. Bellanya sekarang dimana?"

"Ada di dalem kok tante. Silahkan masuk dulu," ajak Alexa sembari memberi jalan pada Riana dan Leo.

Sedari tadi pandangannya hanya tertuju pada Alexa. Entah mengapa getaran itu semakin menggila ketika Alexa terlihat mengabaikannya.

Leo sangat merindukan semua tentang Alexa.

Saat tangannya hendak menggapai lengan Alexa, gadis itu seakan telah membaca pergerakan Leo hingga ia mampu menghindarinya dengan cepat. Menghela nafas pelan, Leo mengikuti langkah Alexa masuk ke dalam rumah.

Meski ingin bertahan, semesta seakan tertawa karena kenyataan menginginkan mereka berhadapan dengan perpisahan.

***

Sesekali Bella melirik Clara yang sedang menyimpan barang bawaannya. Gadis itu juga beberapa kali menghela nafas, tak tenang dengan lingkaran yang kini mengurungnya.

"Gue ngerasa jadi sahabat bangsat tau gak sih, Ra." Ucap Bella setelah menyelesaikan kegiatannya.

Bella menatap pantulan dirinya di cermin milik Alexa lalu tersenyum miring, "liat deh. Orang kayak gue gak pantes banget punya sahabat baik kayak Alexa." Ucapnya sembari terkekeh pelan lalu menatap Clara yang hanya diam.

"Alexa bodoh banget ya masih mau anggep gue sahabatnya,"

"Bel," ucap Clara sembari mendekati Bella ketika melihat kedua netra Bella mulai berkaca-kaca.

"Sumpah Alexa tolol!" Bella mulai meracau, tak mampu mengendalikan dirinya lagi.

Dengan sigap Clara membawa tubuh Bella ke dalam dekapannya. Ia mengusap pelan bahu Bella, berusaha menenangkan. Meski bukan dirinya yang mengalami, Clara bisa merasakan apa yang terjadi. Pasti sangat sulit bagi mereka mengatur emosi.

"Udah, jangan salahin diri lo lagi, Bel. Semua ini udah diatur dan ini yang terbaik buat kalian,"

"Liat sahabat sendiri terluka gara-gara gue, apa itu yang terbaik, Ra? Enggak!" Sahut Bella, berusaha menahan sesak yang menikamnya.

"Bella, udah ya. Liat gue." Ucap Clara sembari mengarahkan wajah Bella agar menatap kedua netranya, "lo sama Alexa panutan buat gue. Gue yakin, meski ini sulit buat kalian, apapun yang terjadi itu udah takdir Tuhan. Gaada yang salah di sini. Jadi, stop salahin diri dan liat sisi baik dari semua ini, okey?"

Bella mengangguk lemah, tak mampu menjawab ucapan Clara. Raganya seperti tak lagi bernyawa, sangat lelah. Kalau mungkin, Bella ingin hilang dari bumi agar Alexa dan Leo tetap bersama sampai akhir.

BAD SMARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang