#NakalBerkelas XLIV

105 19 15
                                        

Berkali-kali Leo berusaha menghubungi Alexa, namun tak kunjung mendapat jawaban.

Laki-laki itu tak melihat Alexa di sekitar rumah sakit. Ia khawatir jika Alexa nekat kalau sendiri, meski laki-laki itu percaya Alexa adalah gadis yang kuat.

Leo mengacak pelan rambutnya, bingung harus mencari Alexa kemana lagi. Laki-laki itu tersentak, ia belum mencari ke taman.

Saat menoleh ke sebelah kanan, ia melihat seorang gadis tengah duduk di kursi panjang.

Dari belakang, terlihat bahu gadis itu sedikit bergetar. Leo yakin, gadis itu pasti Alexa. Dengan cepat, langkah kakinya membawa Leo mendekati gadis itu.

Di saat pasangan kita dalam masalah, di sanalah tugas kita setidaknya menemani meski tak mampu menenangkan.

***

Rasa sakit itu terlalu dalam. Sikap Leo yang menyuruhnya untuk tenang justru membuatnya semakin jatuh. Apalagi, bayangan Leo dengan Kaila itu tiba-tiba kembali terlintas di benaknya.

Alexa menjambak rambutnya frustasi. Teriakannya tertahan oleh tangis yang tak kunjung habis. Dirinya merasa sangat lemah.

Sekuat tenaga, gadis itu terlihat baik-baik saja. Ia mengusap kasar air matanya lalu bersandar di kursi yang ia duduki. Alexa merapikan rambutnya menggunakan jemari lalu mengatur nafasnya agar lebih baik.

Sepertinya benar kata orang. Sekuat apapun usaha untuk melawan rasa sakit, rasanya pasti akan lebih menyakitkan.

Air matanya kembali lolos begitu saja. Hatinya cukup perih jika teringat ucapan Tisa yang begitu menjijikkan, apalagi di hadapan Leo.

Entah apa yang akan dipikirkan laki-laki itu.

Merasa seseorang menyentuh pundaknya, Alexa menoleh dan mendapati Leo dengan wajah khawatirnya.

Gadis itu bangkit sembari mengusap air matanya kasar lalu menatap kedua netra Leo.

"Ngapain lo ke sini?"

Leo terlihat mengatur nafasnya, "nyariin kamu."

"Buat apa? Lo gak denger kata orang itu? Gue ini beban buat orang lain."

Kedua tangan Leo refleks menyentuh pundak Alexa, bahkan sedikit mencengkramnya. Laki-laki itu ingin menyadarkan Alexa.

Sembari menunduk, Alexa menggigit bibir dalamnya untuk menahan cengkraman Leo. Sungguh, saat ini raga dan hatinya sangat lemah.

"Liat mataku, Alexa." Ucap Leo dengan suara beratnya yang membuat Alexa mau tak mau menurutinya.

Gadis itu tak lagi menemukan cinta atau sayang di kedua mata Leo. Yang ada hanya khawatir dan amarah.

"Berhenti pura-pura baik-baik aja, Al. Aku gak suka kamu main drama kayak gini. Aku pacar kamu. Aku tempat kamu berbagi, Al. Tolong hargai aku sebagai pacar kamu." Ucap Leo penuh penekanan dengan kedua netranya yang kini memerah.

Cengkraman yang semakin kuat membuat Alexa semakin dalam menggigit bibirnya. Gadis itu tak sanggup mengatakan apapun lagi.

"Aku suka liat kamu yang biasanya, Al. Aku kehilangan Alexa yang aku kenal. Bagaimanapun kamu, baik atau buruknya kamu, itu milikku. Jangan pernah menahan semua itu sendiri, Al."

BAD SMARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang