Usai menghabiskan bubur, Alexa beranjak menuju dapur untuk mencuci mangkuknya. Saat hendak mencuci, tiba-tiba Clara berteriak memanggil Alexa di dapur. Padahal jarak antara dapur dengan tempat mereka makan hanya 6 langkah.
"AL PONSEL LO IDUP!"
Alexa lantas mencuci tangannya saja dan berjalan mendekati ponselnya.
"Ponsel gue ga jalan tuh,"
"Ihh makswudnywa twuh adwa pwanggilwan mwaswok,"
Setelah menelan suapan terakhir dan menengguk sisa air, Bella menggeleng sembari menoyor dahi Clara karena tingkahnya yang tidak berubah-ubah.
"Biasain makan diem!"
Clara manggut-manggut sebagai jawaban dan kembali asik memakan buburnya.
Bella melihat raut wajah Alexa kembali seperti biasanya, datar. Ia beranjak dan mendekati Alexa, inisiatif untuk menenangkannya.
"Siapa nelpon?"
Alexa mengardikkan bahu kemudian melempar ponselnya ke tempat tidur. Kembali ke dapur untuk mencuci setelah itu akan membersihkan dirinya.
Bella mengekor kemudian menyamakan posisi mereka saat tiba di dapur.
"Oiya, tiap kali ada yang nelpon kenapa ga lo angkat? Bokap?"
Alexa menggeleng, "bukan."
Bella mengernyit sembari meletakkan mangkuk yang telah Alexa cuci di rak sebelahnya. "Terus?"
"Gatau." Bohong Alexa.
Bella hanya ber-oh ria kemudian beranjak untuk kembali duduk bersama Clara.
Alexa menghela nafasnya pelan, mengingat siapa yang baru saja menghubunginya. Bohong jika Alexa tidak mengenali nomor yang baru dan selalu menghubunginya. Sejak hari itu, Alexa tidak ingin mendengar suaranya lagi. Dia terlalu takut untuk ... teringat masa lalu.
Sampe kapan sih gue di teror mulu? Batin Alexa.
***
Syukur saja hari ini cuaca sangat mendukung. Tidak terlalu panas juga tidak hujan. Begitu juga jalanan kota yang terlihat lebih lenggang dari biasanya. Sepertinya hari ini semesta sangat ingin melihat insan bahagia, terutama para laki-laki yang sedang dalam perjalanan menuju markas.
Ketiga laki-laki itu terlihat sangat tampan. Meskipun dengan pakaian yang sangat simple dan sederhana, sama sekali tidak mengurangi daya tarik mereka. Kalau kata Benu, cogan mah bebas!
Leo memarkir kendaraan roda empatnya di depan salah satu rumah yang terlihat kosong. Joko yang duduk di sisi kirinya membuka pintu kemudian menyempatkan diri untuk mengibas-ngibaskan rambutnya.
"Gausah banyak gaya, Jok! Rambut banyak kutu juga," Ucap Benu yang kemudian mendapat balasan tatapan tajam.
"Bacot babi," Sahut Joko sembari merapikan rambut dengan jari-jarinya.
Leo akhirnya turun kemudian melangkah memasuki rumah tersebut. Leo melirik jam yang melingkar sempurna di tangan kirinya, pukul 1.45 siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD SMART
Jugendliteratur17+ Lika-liku kehidupan yang penuh kejutan gadis itu rasakan di masa pencarian jati diri. Gadis manis yang memiliki sikap bertolak belakang dengan parasnya. Bersama seorang laki-laki yang tak sanggup menentang semesta, akankah mereka selalu bersama...