#NakalBerkelas LXVI

376 25 6
                                        

Nafasnya memburu ketika sampai di depan ruang ICU. Leo melihat Sila dan Kaila duduk di kursi tunggu, terlihat begitu khawatir.

Menyadari kehadiran Leo, Kaila langsung bangkit dan menjelaskan apa yang terjadi. Informasi yang Sila dapatkan dari salah satu saksi mata membuat Kaila menceritakan secara detail.

Leo membisu mendengar penuturan Kaila. Tubuhnya mendadak lemas, seakan tak lagi ada nyawa dalam raganya. Punggungnya yang bersandar di dinding seketika merosot ke lantai bersamaan dengan jatuhnya air mata dari kedua netranya.

Leo mengacak rambutnya kesal. Tawanya terdengar ketika wajahnya memerah, menahan sesak yang begitu menyiksa.

Apa yang telah ia lakukan hingga takdir begitu kejam padanya?

Alexa yang tersenyum dan tertawa, Alexa yang berlari, Alexa yang sedang belajar, Alexa yang sedang bernyanyi, semua tentang Alexa kini memenuhi ingatannya.

Melihat Leo yang hancur membuat Sila hendak mendekatinya, namun tertahan oleh Kaila. Wanita itu menggeleng pelan dan menyuruh Sila kembali duduk di tempatnya.

Kaila mengerti bagaimana perasaan Leo saat ini. Akan lebih baik jika Leo mengatasinya sendiri.

Pandangannya beralih pada dokter yang mendekatinya. Kaila langsung menanyakan apakah golongan darah yang sesuai untuk Alexa ada atau tidak.

"Kami mohon maaf karena pasokan darah untuk pasien habis. Kami juga telah menghubungi pihak rumah sakit lain dan PMI, tapi--"

"TAPI APA?!" Sela Leo dengan kedua netra merahnya, "jangan bilang kalian kehabisan darah?" Tanya Leo lalu tertawa sumbang.

"Aneh! Masak pihak rumah sakit gak rutin periksa stok darah?" Ucap Leo lalu mengulurkan kedua tangannya ke arah dokter, "ambil darah gue."

"Tapi lo--"

"Gak usah ikut campur!" Bentak Leo lalu menoleh ke arah dokter yang masih membisu.

"Kenapa? Lo gak mau ambil darah gue?"

"Bukan begitu, pak. Hanya saja, golongan darah pasien termasuk langka,"

Leo mengernyit, perlahan menurunkan kedua tangannya. "Apa?"

"AB-."

Senyumnya terbit. Leo menatap penuh harap pada dokter tersebut lalu kembali mengulurkan kedua tangannya.

"Sama. Gue donorkan darah gue buat Alexa,"

"Sumpah lo gila, Leo!" Kaila kembali bicara, tapi Leo mengabaikannya.

Setelah Leo menghilang di balik pintu bersama sang dokter, Sila mendekati Kaila yang memegang kepalanya.

"Kenapa sih, Kai? Biarin aja kalo dia mau donorin darahnya. Toh golongan darah kita gak cocok,"

Kaila berdecak sebal. "Dia itu habis minum, La! Gue tau gimana orang habis minum!"

***

Senyum masih setia terlukis di wajahnya. Melihat Alexa yang terlelap membuat hati Leo teriris. Getaran itu membuat senyum Leo semakin lebar. Leo berusaha menahan rasa sakit dalam hatinya agar Alexa tidak ikut bersedih.

"Gue suka liat lo tidur, Al. Gue harap, lo bisa merasakan setiap cinta gue mengalir dalam tubuh lo yang akan selalu melindungi dan menjaga diri lo. Bertahanlah. Gue selalu bersama lo, Alexa." Leo membatin.

Setelah transfusi darah selesai dilakukan, hanya ada mereka berdua di ruangan ini.

Leo kembali menatap Alexa yang masih terbaring lemas, ingin menguatkannya. Leo tak bisa hanya berbaring di atas brankar dan melihat Alexa berjuang sendiri.

BAD SMARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang