Sesampainya di rumah, laki-laki itu langsung menuju kamar dan membuang tasnya ke sembarang arah kemudian merebahkan dirinya di atas tempat tidur.
Lelah, kecewa, bingung, heran dan kawan-kawannya menjadi satu dalam hatinya saat ini. Pikirannya hanya di penuhi oleh satu pertanyaan. Kenapa?
Terdengar suara pintu diketuk, laki-laki itu lantas beringsut duduk dan merapikan kembali barang yang ia lempar ke sembarang arah.
"Bang Yo, makan dulu. Udah ditunggu bunda!" Teriak seorang gadis berusia 9 tahun sembari terus mengetuk pintu Abangnya semakin kuat.
Leo tidak tahan dengan tingkah adiknya pun membuka pintu kamarnya hingga membuat adiknya jatuh tersungkur ke depan. Untung dengan sigap Leo berhasil menangkap adiknya.
"Duhh abangg!! Bisa ga sih ga ngangetin?!"
"Duhh dekk, bisa ga sih biasain aja ngetuk pintu?" Ucap Leo gemas dan berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan sang adik.
"Abang kalo dipanggil ga pernah bales! Gimana mau punya pacar?"
"Heh, anak kecil tau apa lo?"
"Aku bukan anak kecil lagi! Adri udah besar tauk!" Sahut adik Leo yang bernama Adri tersebut dengan nada tinggi yang terdengar cukup menggemaskan di kedua telinga Leo.
Tangan Leo terulur untuk mengacak pelan puncak kepala adiknya dan mengajaknya menuju dapur. Tak lupa sebelumnya ia menutup pintu terlebih dulu.
"Bang? Ayok makan dulu. Bunda udah siapin kari kesukaan kamu," Ucap Riana -bunda Leo- sembari menyiapkan makanan untuk kedua anaknya.
"Ayah belum pulang?" Tanya Leo yang kini sudah berhadapan dengan meja makan.
Riana menggeleng, "Bulan depan."
Leo hanya menggangguk. Melihat wanita di hadapannya ini membuat hati Leo sangat sakit. Bagaimana tidak, hampir 2 tahun mereka tidak pernah bersama lagi, bahkan untuk sekedar komunikasi.
Ucapan Tania -ibu Bella- terakhir kali cukup membuat Leo mengerti dengan apa yang terjadi.
"Jangan meragukan sesuatu tanpa ada alasan yang kuat. Keyakinan harus ada dalam dirimu, Riana."
Bahu Riana terlihat begitu gemetar, tak kuasa membendung air mata. Dadanya sangat sesak dan isi kepalanya hanya pertanyaan tentang Alaska.
"Bagaimana bisa, Tan?" Tanya Riana sembari mengusap air matanya.
"Aku udah berusaha positif, tapi semenjak membaca surat ini dari laci meja kerjanya, apa arti kata sayang itu? Apa maksudnya kencan malam pertama itu, Tan?"
Tania hanya mengelus lembut pundak Riana dan menuntunnya untuk bersandar di bahunya, berusaha menenangkan.
Setelah mendengar hal yang tidak sengaja dari balik pintu kamar itu, Leo mengepal kuat kedua tangannya, naik pitam dalam diam.
"Bang? Kok bengong?" Tanya Riana yang melihat Leo sama sekali tidak menyentuh makanan di hadapannya.
Adri yang berada di sisi kanan Leo menyenggol lengannya dan menyuruh abangnya makan.
"Nanti nasinya nangis loh,"
Leo terperangah dan menatap Bunda serta adiknya secara bergantian sembari tersenyum. "Selamat makan," Ucapnya.
Telah menjadi kebiasaan bagi keluarga Alaska agar berdoa sebelum makan. Suasana di meja makan sangat hening. Hanya ada suara dentingan garpu yang bergesekan dengan piring.
Leo yang lebih dulu selesai makan dan sedang menengguk air, tidak sengaja melihat Bundanya meneteskan air mata dalam diam. Sontak perasaannya kini campur aduk.
![](https://img.wattpad.com/cover/236201505-288-k240657.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD SMART
Novela Juvenil17+ Lika-liku kehidupan yang penuh kejutan gadis itu rasakan di masa pencarian jati diri. Gadis manis yang memiliki sikap bertolak belakang dengan parasnya. Bersama seorang laki-laki yang tak sanggup menentang semesta, akankah mereka selalu bersama...