Saat asyik berbincang, seluruh atensi mengarah pada pintu kamar yang terbuka. Menampilkan dua orang yang membawa keranjang buah.
Keadaan mendadak canggung saat wanita itu mengernyit melihat banyaknya belanjaan di atas meja.
"Dari siapa, mas?" Tanya Tisa usai meletakkan keranjang buahnya.
"Dari murid-muridku, Sa. Mereka semua datang jenguk aku."
Tisa menatap mereka bergantian dan menyadari kehadiran Leo. Laki-laki itu duduk di sebelah Alexa yang tengah memainkan ponselnya. Tisa hanya tersenyum ke arah Leo lalu beralih mendekati Pak Mud.
Benu yang merasa kikuk lantas menyenggol pelan lengan Joko, "itu sahak dah?"
"Nyokapnya Alexa kali," Ucap Joko membuat Benu hanya mengangguk.
Bella dan Clara hanya memilih diam, tak ingin membuat sisi gelap Alexa bangkit. Mereka sangat tahu bagaimana Alexa jika Tisa ada di dekatnya.
Leo yang melihat Alexa begitu anteng dengan ponselnya lantas mengusap pelan lengan kiri gadis itu dari belakang.
"Ibu kamu datang, Al." Ucap Leo begitu lembut yang membuat Alexa menghentikan aktivitasnya lalu menatap kedua netra Leo.
"Terus?"
"Kamu gak tanyain beliau?"
"Biar?"
Leo menghela nafas pelan lalu tersenyum. Tangannya terulur untuk mengusap lembut rambut Alexa. Niatnya untuk mengubah cara pandang Alexa sepertinya belum membuahkan hasil.
"Lupain aja. Kamu mau pulang?"
Alexa memasukkan ponselnya lalu mengangguk. Gadis itu lebih dulu beranjak dari sofa, meninggalkan teman-temannya yang menatap bingung ke arahnya.
Alexa melangkah mendekati Pak Mud tanpa memperdulikan kehadiran Tisa.
"Pak, Al pulang dulu ya. Jangan sakit lagi, inget obatnya diminum teratur." Ucapnya lalu menyalim tangan Pak Mud.
Alexa berlalu begitu saja dari ruangan itu. Tak peduli dengan teman-temannya yang masih di dalam ataupun Dita yang ingin menyapanya maupun tatapan benci dari Tisa.
***
Syukur saja Dita masih sempat bertemu Alexa di parkiran tadi. Gadis itu berniat memberitahu Alexa tentang kunci dan buku yang ia temui.
"Terus?"
Dita menghela nafas pelan, "Dita ngerasa ada yang gak beres sama kematian ibu. Kakak juga ngerasain itu kan?"
Sebenarnya, Alexa sudah tidak ingin mengingat apalagi membahas hal ini. Gadis itu sangat benci mengulang luka lama.
"Udah lama. Gausah dibahas." Ucapnya lalu hendak beranjak meninggalkan Dita, tapi dengan cepat gadis itu berhasil meraih pergelangan Alexa hingga membuat Alexa mau tak mau berhenti.
"Aku pengen kakak kayak dulu lagi. Alexa yang selalu ketawa, senyum dan bahagia. Dita kangen Alexa yang dulu." Ucapnya dengan netra yang mulai berkaca-kaca.
Gadis itu berdiri sembari menunduk, menggenggam lembut tangan Alexa.
"Makanya Dita pengen cari tau tentang kematian ibu." Ucapnya lalu menatap kedua netra Alexa, "gak mungkin ibu meninggal gitu aja kan?"
Alexa berdecak lalu menghempas genggaman Dita, "mau cari tau apalagi sih?! Gausah sibuk untuk hal ini!" Ucapnya lalu meninggalkan Dita begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD SMART
Teen Fiction17+ Lika-liku kehidupan yang penuh kejutan gadis itu rasakan di masa pencarian jati diri. Gadis manis yang memiliki sikap bertolak belakang dengan parasnya. Bersama seorang laki-laki yang tak sanggup menentang semesta, akankah mereka selalu bersama...