Saat kemerdekaan seorang pelajar mungkin adalah jam istirahat. Karena pada saat inilah semua kejahilan, kenakalan dan aksi para remaja pada umumnya di mulai.
Suasana kantin kali ini begitu berbeda dari biasanya, kala 3 orang gadis datang dan membuat seisi kantin diam-diam menaruh berbagai macam tatapan. Ada yang kagum, terpesona dan tidak percaya. Namun kembali, semua itu hanya dalam diam.
"Gue rasa gaada bangku kosong deh, Al."
"Gue setuju sama Clara. Rame banget nih kantin,"
Alexa tidak menggubris ucapan Bella dan Clara, sibuk mencari sesuatu yang ada di benaknya.
"Ga mungkin ga ke kantin kan?" Gumam Alexa yang di dengar oleh kedua sahabatnya.
"Hah? Siapa?"
"Lo lagi kasmaran, Al?" Tanya Clara to the point.
Alexa yang tersadar kalau keceplosan pun segera menggeleng. "Gak."
Bella tersenyum dan mulai mengerti perubahan Alexa saat ini. Ia menyamakan posisi dengan Alexa dan menepuk bahunya.
"Lo kalo lagi suka sama 'doi' bilang aja ke kita-kita. Pasti kita dukung kok,"
"Yaps. Eh jangan-jangan, lo suka sama cowok yang kemar-"
Ucapan Clara terpotong kala seisi kantin menoleh ke arah mereka. Clara tidak sadar ucapannya begitu keras dan nyaring hingga mengundang tatapan tidak mengenakkan dari penunggu kantin.
"Ehe, ya maap kelepasan,"
"Biasain kalo bawa lambe yang bener. Malu kan diliat anak-anak." Bisik Bella yang membuat Clara menahan malu karena tatapan dari para penunggu belum juga lepas darinya.
Alexa hanya diam dan memperhatikan seorang siswi yang menatapnya dengan tatapan membenci. Alexa tau maksud tatapan itu dan berniat untuk tidak memulai sebelum hal buruk kembali terjadi.
"Anak-anak kelas sebelah udah minggat tuh, ke sana kuy," Ujar Bella sambil menunjuk ke arah gerombolan siswi yang bangkit dari bangku meja makan kantin.
Alexa dan Clara mengangguk mantap dan mereka bertiga bergegas duduk di bangku yang baru saja kosong.
***
Tawa Benu yang tak terkendali sontak saja menjadi sorotan seluruh siswa yang berlalu lalang melewati mereka. Terlebih lagi para siswi yang mendengar tawa berlebihan Benu menatap ke arahnya dengan tatapan ilfeel.
"Kontrol suara lo, Ben. Malu bjirr diliat orang,"
"Elah Jok, gue pengennya diliat saiton," Sahut Benu di sela-sela tawanya.
"Jak-jok-jak-jok. Lo pikir gue jok mobil?"
"Mukak lo lebih tepatnya kek jok robek!" Tawa Benu kembali menggelegar kala mengucapkan kalimat garing tersebut yang membuat ketiga temannya hanya menggelengkan kepala.
"Mimpi apa gue temenan sama spesies kek lo, Ben."
"Setuju, Yan. Antara humornya receh sama sedikit geser beda tipis."
"Hehh hehhh, lo pada julidin gue. Tangan kosong kalo berani!"
Sikap kekanak-kanakan ketiga temannya membuat Leo harus meningkatkan kesabaran yang ia punya. Tapi ada rasa syukur -walaupun sedikit- karena tanpa teman yang gila, dunia terasa kurang sempurna.
"Lo semua bikin gue pusing tau ga? Cobak kalem." Akhirnya Leo angkat bicara yang membuat ketiga temannya diam seribu bahasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAD SMART
Novela Juvenil17+ Lika-liku kehidupan yang penuh kejutan gadis itu rasakan di masa pencarian jati diri. Gadis manis yang memiliki sikap bertolak belakang dengan parasnya. Bersama seorang laki-laki yang tak sanggup menentang semesta, akankah mereka selalu bersama...