19. Villain

1.7K 41 0
                                    

Derren melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Rasa emosi dan hawatir menguasai dirinya. ia tak akan membiarkan gadisnya terluka.

Entah siapa yang berani bermain-main dengan nya, namun lihat saja nanti, Derren akan benar-benar menghabisi orang itu, matanya menatap tajam, wajahnya dingin dan panik, tangan nya menggenggam erat stir motor nya.

••***••


"BAJINGAN! JANGAN SENTUH GUE!" teriak Sifa dengan terus saja berusaha berontak saat para laki-laki itu terus berusaha melecehkan nya, hingga tiba-tiba ia mengingat perkataan Chila.

"Kalo ada cowo yang jahatin lo, entah itu preman atau laki-laki brengsek, lo langsung hubungi gue. Buat pembelaan diri kalo mendesak dan lo gabisa apa-apa, lo tendang aja batangnya, itu kelemahan cowok, mampus biar gabisa ena-ena."

Sifa melirik kebawah dan langsung menendang aset Ronald.

"AAARRGGHHH BANGSAT, CEWEK SIALAN!" umpat Ronald langsung mengerang dan memegangi burung nya yang di tendang Sifa.

Sifa segera berdiri namun empat laki-laki lainnya justru mengepung nya. Sifa bingung dengan melihat sekeliling nya, hanya ada banyak gucci gucci kecil yang di tata rapih di atas nakas.

Tanpa berpikir panjang Sifa segera meraih gucci gucci itu.

"JANGAN DEKET DEKET!" Sifa memecahkan nya lalu ia mengambil pecahan vas bunga itu dan menodongkan nya pada para laki-laki di hadapan nya.

Keempat laki-laki itu saling pandang dan malah tersenyum menjijikan "Ayolahh Sayang, kita main damai ya, di jamin lo bakal ketagihan." ucap Bisma.

"GUE GA SUDI DI SENTUH SAMA COWOK BANCI KAYAK KALIAN! BRENGSEK! BAJINGAN! CUIHH..." Sifa meludahi Bisma namun tidak kena.

Bisma pun mendekat lagi, "Sayanggg..." ujar Bisma memanggil sensual. Sangat menjijikan.

Kaki Sifa bergerak semakin mundur, ia menggenggam erat pecahan vas yang ia bawa membuat pecahan kaca itu menusuk kulitnya dan membuatnya berdarah. namun Sifa tak perduli, ia hanya was-was terhadap laki-laki di depan nya ini, takut takut mereka menyerangnya.

Tanpa aba-aba Sifa melempar semua pajangan kaca itu kepada mereka, tangannya sudah mengeluarkan banyak darah namun ia sama sekali tak perduli, seolah tak merasakan sakit sedikitpun.

"PERGI! KELUARRR! JANGAN SENTUH GUE!" teriaknya, Sifa terlihat seperti orang dengan gangguan jiwa saat ini.

Rambut nya acak-acakan, wajahnya pucat, dan tangannya penuh darah, tubuhnya juga basah serta bau minuman keras sebab Bisma sempat menyiramkan alkohol ke tubuhnya tadi.

Kelima laki-laki itu terus menghindar dari pecahan-pecahan beling yang Sifa lempar. Namun tak bertahan lama Ronald langsung menyergap Sifa membuat Sifa semakin menggenggam erat kaca di tangan nya.

"Jangan marah-marah gitu dong," ucap Ronald mengukung Sifa di tembok.

Wajah Sifa sudah penuh air mata, Ronald mengelus pipinya membuat Sifa terus meneteskan air matanya.

"Jangan sentuh gue...." lirihnya, tenaganya sudah habis rasanya, ia lelah.

"Ssstttt, jangan marah-marah, oke? kita 'main' damai sayang,"

Hidung Ronald mengendus leher Sifa membuat Sifa memejamkan matanya dan terus menangis tanpa suara, ia tak punya tenaga untuk memberontak lagi. Dengan kurang ajarnya Ronald mencium leher Sifa dan menjilat bahu nya membuat Sifa jijik, jijik dengan ronald dan dengan dirinya sendiri.

Tak berhenti sampai sana, kini tangan Ronald menurunkan tali tank top Sifa. Sedangkan Sifa semakin memejamkan matanya tak sanggup.

Ronald pun turut menatap wajah Sifa, perlahan ia memiringkan wajahnya dan..

DERREN'S STORY {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang