63. Pregnant

793 33 6
                                    

Derren membaringkan Sifa di kasurnya begitu sampai di rumah Sifa, "Kamu jangan cape-cape ya, aku udah pesenin makanan buat kamu, aku juga udah siapin obat sama minumnya. Jangan lupa nanti dimakan, obatnya juga diminum." ujar Derren dengan mengelus rambut Sifa.

"Nanti juga bakal ada orang kesini, aku sewa ART untuk beberapa hari disini buat ngurusin kamu."

Sifa terkejut, Derren selalu melakukan hal tanpa sepengetahuannya, "Buat apa Al? Kan Dokter udah bilang aku udah gapapa, aku bisa lakuin semuanya sendiri, gaperlu ART segala."

Derren menggeleng, "Pokonya beberapa hari ini kamu harus sama ART, aku gamau kamu cape-cape dulu, gausah kerja juga. Selama kamu ga kerja anak buah aku udah ada disana buat gantiin kamu." kekeuh Derren membuat Sifa mendengus, jika sudah begini maka itu artinya Sifa tak akan bisa protes lagi.

"Kamu istirahat yaa, aku ada urusan." suruh Derren dengan menyelimuti Sifa.

"Kamu mau pergi?" tanya Sifa yang di beri anggukan oleh Derren.

Maka Sifa langsung bangun dan memeluk Derren, "Gaboleh. Aku masih mau sama kamu disinii...." ujar Sifa sedikit merengek dengan mendongak menatap Derren.

Derren tak tega melihat wajah Sifa yang memohon padanya, "Aku ada urusan Sayang, nanti aku kesini lagi ya..." bujuk Derren.

Bukannya melepas, Sifa justru semakin mengeratkan pelukannya, "Gamau."

Derren mengelus rambut Sifa lembut, "Kamu istirahat dulu ya mumpung masih jam tiga sore, nanti malem aku kesini lagi Sayang."

"Gamau Gamau Gamauuu, mau sama kamu pokonya kamu gabole pergi. Emang kamu tega tinggalin aku pergi? Aku abis pulang dari rumah sakit Al." Sifa menatap Derren sendu berusaha menampilkan mimik wajah sesedih mungkin agar Derren prihatin.

Derren juga tak ingin meninggalkan gadisnya seperti ini, tapi wanita sialan itu akan melakukan hal yang tak Derren inginkan nantinya jika Derren tak menurutinya, "Sayang makanya kamu istirahat yaa, aku ada urusan penting, nanti aku kesini lagi, janji."

Sifa tetap tak mau, ia menggeleng, "Kalo kamu pergi aku mau self harm. Biarin aja." ancam Sifa.

Derren langsung melerai pelukan nya dan menatap tajam Sifa, "Ulangi!" suruhnya dingin.

"Mau apa? Mau sakitin diri kamu sendiri lagi hah? Aku ada urusan penting By, tolong jangan kaya anak kecil gini." kesal Derren sampai menaikan oktaf suaranya.

"Biarin, aku emang kaya anak kecil. Emang apa yang lebih penting dari aku sampe kamu marahin aku?" tanya Sifa membuat Derren diam.

Ya! Dihidupnya tak ada yang lebih penting selain Sifa dan Bundanya. Tapi ini juga menyangkut Sifa.

Derren menghembuskan nafasnya pelan, ia tak berniat marah pada Sifa, tapi emosinya tidak stabil sebab ancaman dari Syafa.

"Maaf, aku ngga bermaksud marahin kamu Sayang. Tapi aku ngga suka kalo kamu sakitin diri kamu terus kaya gitu." ucap Derren lembut.

Sifa mengendikan bahunya acuh lalu membaringkan tubuhnya, "Pergi aja sana! Urus urusan PENTING kamu itu, aku kan ngga penting, jadi tinggalin aja." ujarnya lalu memiringkan tubuhnya membelakangi Derren.

Derren mengacak rambutnya frustasi, baiklah. Ia akan mengurus Syafa nanti. Yang terpenting gadisnya dulu.

Derren melepas sepatunya lalu ikut membaringkan tubuhnya di sebelah Sifa, memeluk gadis itu dari belakang dan mengecup pipinya, "Maaf, jangan pernah berfikir kaya gitu. Di hidup aku yang paling penting itu cuma kamu sama Bunda. Gada yang lain. I love you." bisik Derren lembut di telinga Sifa.

"Ngapain sih, udah sana pergi. Katanya ada urusan PENTING." decak Sifa malas.

Derren mengeratkan pelukannya, ia meletakkan kepalanya di pundak Sifa, "Kamu yang lebih penting. Udah yaa, aku disini gajadi pergi, kamu gaboleh marah lagi." bujuk Derren dengan mencium pipi Sifa.

DERREN'S STORY {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang