52. Threat

632 26 3
                                    

Malam ini Sifa sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja, ia sebenarnya mau jalan-jalan bersama Derren, tapi untuk kali ini ia harus memikirkan uang untuk kehidupan nya dulu, lagi pula tadi saat pulang sekolah lebih dulu karna drama sekolah itu Derren mengajaknya jalan-jalan sampai sore, ia sudah senang. Kali ini waktunya untuk ia bekerja.

Sifa menyisir rambut pendeknya yang sudah mulai sedikit panjang itu, "Rambut gue udah mulai panjang, udah mulai gerah juga, pengen potong tapi kayanya nyoba gaya baru rambut panjang keren kali ya." gumam Sifa dengan berdiri di depan cermin.

Akhirnya ia memutuskan untuk menguncir rambutnya agar tidak gerah saat bekerja. Sifa pun keluar dari rumah, tadi Derren mengatakan, "kabarin aku kalau udah mau berangkat, aku yang anter." tapi tidak! Ia tak mau merepotkan Derren terus menerus, ia akan naik bus dan akan mengabari Derren saat dirinya sudah sampai di cafe, dan dia juga sengaja berangkat satu jam lebih awal agar Derren tak menjemputnya.

Sifa menutup pintu rumahnya dan menguncinya, namun saat ia berbalik, satu mobil berwarna hitam memasuki pekarangan rumahnya, kebetulan memang gerbang rumah Sifa terbuka lebar.

Dahi Sifa mengernyit bingung menerka-nerka kira-kira siapa yang datang. tak mungkin Derren kan? Sifa memilih diam berdiri di depan rumahnya, atau lebih tepatnya kontrakan.

Dua orang keluar dari mobil itu, satu laki-laki paruh baya dan satunya seorang gadis SMA. Sifa mengenal mereka, Malik-ayahnya Derren dengan Syafa.

"Ekhem." deham Malik membuat Sifa menatapnya.

Sifa hendak meraih tangan Malik untuk menyaliminya namun Malik menghindar membuat Sifa menghela nafas, sedangkan Syafa tersenyum meremehkan.

"Emm selamat malam Pak, silahkan mau masuk dulu?" tawar Sifa sopan.

"Tidak perlu, saya kesini hanya untuk mengatakan sesuatu hal." ujar Malik membuat Sifa diam mendengarkannya.

"Kamu yang memfitnah calon menantu saya? kamu memfitnahnya menyakitimu padahal semua itu tidak benar? Perempuan licik." Malik berdecih sinis.

"Maaf sebelumnya, tapi memang Syafa sudah menampar saya." balas Sifa menatap Syafa yang mengendikan bahunya acuh.

"Engga om. dia cuma ngarang cerita, dan dia yang bikin Derren marah ke Syafa sampe bentak-bentak Syafa." ujar Syafa membuat Sifa berdecih dalam hati.

Malik mengeluarkan amplop tebal berisi uang yang di sodorkan pada Sifa, "Ini kan yang kamu mau dari anak saya? disini ada lima puluh juta, cukup untuk menunjang kehidupan kamu, kalau kurang bisa hubungin saya asal satu. Tinggalkan anak saya." ucap Malik membuat Sifa menatapnya tak percaya, serendah itukah dirinya?

"Maaf pak, saya memang miskin, tapi saya tidak serendah itu untuk memanfaatkan Derren menjadi sumber uang saya, saya masih sangat-sangat sanggup menghidupi kehidupan saya sendiri. Dan untuk Derren, saya mencintainya, saya tidak bisa meninggalkannya." jawab Sifa berani.

Syafa berdecih, "Uang segitu ya kurang lah om buat dia, ya mending Derren, kan uangnya bisa ngalir terus berapapun dia mau."

"Jaga ucapan lo!" peringat Sifa.

"Berapa yang kamu mau untuk meninggalkan anak saya?" tanya Malik.

"Derren tidak bisa di bayar Pak, maaf. Saya tidak serendah yang Anda kira." Sifa menahan tangisnya, ia benar-benar merasa di rendahkan sekarang. Dadanya terasa sangat sesak.

"Tolong sadarlah kamu siapa dan anak saya siapa. Kalian berbeda, gadis tidak tau diri sepertimu hanya mencintai uang anakku saja bukan? Kamu tidak pantas bersanding dengan anakku, kau hanya gadis miskin, derajatmu jauh di bawah Syafa yang lebih pantas untuk anakku." ujar Ayahnya dengan intonasi mulai meninggi.

DERREN'S STORY {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang