27. Who?

895 32 2
                                    

"Lo pulang duluan aja, gue di jemput Derren." ucap Sifa pada Chila. Saat ini keduanya tengah berjalan menuju arah parkiran karna bel pulang sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu.

"Oke. Oh ya tuh anak gimana? Dari tadi kaga keliatan."

"Kaga gue bolehin masuk, badannya belum bener."

"Tuh anak mana pernah bener emang, Idupnya kaga ada yang bener." ucap Chila bercanda.

"Ya udah gue duluan. Bye." pamit Chila.

"Oke, bye, ati-ati lo, jan atraksi mulu." peringat Sifa.

"Kalo ga khilap. Hahaha. "

Setelahnya Chila keluar meninggalkan sekolah. Sedangkan Sifa keluar sekolah menuju halte depan untuk menunggu Derren. Saat sudah mendudukkan dirinya di kursi panjang halte itu, Sifa membuka ponselnya untuk segera menelpon Derren.

Leader hati ku❤

Itulah nama kontak Derren, alay memang, tapi semua akan terasa indah jika sedang jatuh cinta. Tak perduli apa yang dikatakan orang lain, yang ia tau hanya kebahagiaan saat bersama pasangan.

Tak butuh waktu lama untuk Derren mengangkat telpon dari Sifa. Hanya dalam satu kali percobaan saja, Telpon sudah tersambung yang artinya Derren mengangkat telpon dari Sifa.

"Halo sayang, kamu udah pulang?" tanya Derren di sebrang sana.

"Iya aku udah pulang." ucap Sifa.

"Ya udah aku otw ya, tunggu di sekolah. jangan kemana-mana, bye Sayang."

"Iya Al. hati-hati, kamu jangan ngebut-ngebut." ucap Sifa lalu setelah nya telpon di matikan oleh Derren.

Sifa duduk di halte bus itu dengan melihat sekitar. Suasananya tak terlalu ramai karna anak anak sekolah sudah banyak yang pulang. Lima menit ia menunggu Derren yang belum datang hinga ia mulai bosan, kenapa lama sekali?

"Oh iya, kan gue tadi nyuruh biar ga ngebut-ngebut ya, pantesan lama. Apa jangan-jangan tuh motor malah di dorong sama dia gegara gue gabolehin ngebut? ck ada aja tuh anak dodol nya." gumam Sifa tertawa sendiri saat mengingat semua tingkah laku Derren.

Dari romantis, galak, tengil, brutal, nakal, manja, cengeng. Semua jadi satu dalam dirinya. Sifa sampai geleng-geleng kepala jika menghadapi semua sikap Derren yang suka ber ubah-ubah itu.

Saat sedang santai memikirkan Derren, tiba-tiba saja dua orang berjaket hitam dengan topi dan masker hitam menghampiri Sifa, mereka duduk di samping Sifa.

Sifa diam. Tak ada pikiran buruk darinya, mungkin hanya orang biasa yang memang ingin duduk di halte bus. Begitu pikirnya.

"Eh katanya disini rawan ada penculikan ya?" ucap salah satu orang itu mulai berbicara.

"Ya gatau sih gue, dengernya kaya gitu, ada jambret juga." balas satunya.

"Gimana kalo nanti gue di culik ya?" monolognya membuat orang di sampingnya tertawa. Sifa hanya diam dengan mendengar obrolan dua orang itu yang terdengar seru.

"Ya siapa juga yang mau culik beban nyusahin kaya lo." ledek orang satu lagi.

"Nanti kalo gue di culik lo jangan tinggalin gue ya."

"Ya gamungkin lah gue ninggalin lo, emang gye temen apaan yang ninggalin temen nya waktu susah. kalo lo mati ya kita mati bareng, kalo selamet ya selamet bareng. Kan kita temen."

DEG

Pikiran Sifa seketika bercabang, dahi nya mulai berkeringat, apa maksud perkataan mereka berdua? kenapa seolah-olah percakapan mereka mengarah untuk memojokkan dirinya.

DERREN'S STORY {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang