9. Wound

1.3K 47 0
                                    

Di rumah sakit, Rizal menunggu Chila di luar ruangannya dengan cemas, gadisnya sedang di tangani dokter di dalam, entah bagaimana keadaannya sekarang, ia hanya bisa berdoa semoga Chila tidak apa-apa.

“Rizal.”

Datang seorang wanita paruh baya dengan laki-laki yang usianya sudah 4 tahun lebih tua dari nya. wanita paruh baya itu memanggil nya dengan nada suara yang terdengar cemas.

Rizal mendongak saat mendengar namanya di panggil, dia langsung menyalimi tangan wanita itu dengan sopan saat mengetahui jika yang datang adalah Ibu dari Chila.

“Gimana bisa?” tanya seorang laki-laki yang  datang bersama Ibu Chila itu.

“Maaf Bang, gu-”

BUGH

“NGGAK BECUS LO HAH!” bentaknya marah setelah memukul Rizal tanpa aba-aba.

Dia adalah Ivan Dewangga, kakak laki-laki atau Abang dari Chila Carleta.

Sedangkan Rizal hanya diam, memang benar, dia tidak becus dan lalai. Rizal tak mengelak untuk kesalahan yang memang sudah ia perbuat itu.

“BODOH! NGGAK BERGUNA!” bentak Ivan lagi, laki-laki itu terlihat sangat marah hingga memukul Rizal lagi untuk melampiaskan emosinya.

BUGH

“Bang udah!” lerai Bunda Chila karna wajah Rizal sudah babak belur. Sudut bibir, pelipis dan rahangnya memerah sebab pukulan dari Ivan.

“Maaf...” hanya itu yang mampu Rizal katakan pada Ivan.

“Gimana keadaan dia sekarang?” tanya Ivan dengan nada ketus.

“Masih di tanganin, tapi tadi dia drop lagi, dia mimisan.” ucap Rizal membuat Ivan melayangkan tatapan tajamnya.

Hingga tiba-tiba Derren dan Sifa yang baru saja datang itu langsung menghampiri mereka untuk menanyakan keadaan Chila. “Jal gimana keadaan boncel?” tanya Derren yang tanpa sadar sedang menggandeng tangan Sifa.

“Di tanganin.” jawab Rizal singkat.

Mereka lalu menunggu di depan ruangan itu dengan perasaan yang sama-sama cemas. Hingga 15 menit kemudian pintu ruangan Chila terbuka membuat mereka semua berdiri dan menghadap dokter untuk mengetahui kabar selanjutnya.

“Dok gimana keadaan nya dok?” tanya Rizal buru-buru.

“Luka di kaki, telapak tangan dan pipi nya lumayan parah, tapi sudah kami tangani. Namun pasien sempat kritis sebentar karna penyakit Anemia nya yang kembali membuatnya drop. Kini keadaan pasien sudah stabil, hanya saja belum sadar, kedepan nya tolong lebih di jaga lagi, kondisi tubuh pasien ini lemah dan rentan, mungkin karna Anemia yang di derita nya. Tolong lebih banyak istirahat serta di perhatikan pola makan nya.” terang dokter itu sejelas mungkin.

“Baik dok, makasih ya.” ucap Bunda Chila dan di angguki oleh dokter itu.

“Sama-sama. Kalau begitu saya tinggal dulu, kalian boleh masuk.” balas Dokter itu lalu pergi dengan satu suster di belakangnya.

Bunda Chila dan Ivan sudah masuk, namun Rizal hanya diam.

“Lo nggak masuk Jal?” tanya Derren.

Rizal langsung pergi dari sana tanpa menjawab ucapan Derren membuat Derren bingung dan hendak mengejarnya, namun Sifa mencekal tangan nya.

“Biarin aja, dia butuh ketenangan mungkin, dia pasti ngerasa bersalah.” ucap Sifa yang membuat Derren tersenyum. Benar-benar seperti bunda nya.

“Mau masuk?” tanya Derren pada Sifa.

DERREN'S STORY {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang