21. Calming Girl

1K 42 0
                                    

Derren melajukan motornya dengan kecepatan tinggi sampai lupa jika ia sedang membawa Sifa. Di pikiran nya saat ini ia hanya ingat semua perlakuan Ayah dan keluarganya.

Sedangkan di boncengan Derren, Sifa tidak takut meskipun Derren melajukan motornya dengan ugal-ugalan. mungkin jika dalam keadaan normal Sifa pasti sudah berteriak, namun pikiran Sifa juga hanya tertuju dengan semua perasaan Derren saat ini. Ia tau betapa sakitnya laki-laki itu kini, ia akhirnya tau apa yang Derren rasakan serta semua alasan dari kelakuannya selama ini.

Derren suka membolos bukan semata-mata untuk bermain atau menghindari mata pelajaran seperti siswa-siswi pada umumnya. Namun ia bolos untuk menyelesaikan pekerjaan yang Ayahnya berikan. Derren yang setiap hari mabuk itu bukan hanya sekedar karna Derren brandal tapi karna Derren juga pusing dan lelah dengan semua tuntutan yang ia dapat. mungkin jika Sifa yang berada di posisi Derren ia tak akan sanggup.

Sifa perlahan mengeratkan tangannya di pinggang Derren untuk memeluknya lalu ia menyandarkan dagunya di bahu Derren, menatap Derren dari kaca spion.

Pergerakan Sifa di belakang menyadarkan Derren jika laki-laki itu kini sedang bersamanya, tidak hanya sendiri. Maka dari itu Derren langsung mengurangi kecepatan motornya, ia baru ingat kalau Sifa sedang bersamanya. Pandangan Derren lalu turun melihat perutnya yang terdapat jari lentik Sifa tengah tertaut untuk memeluknya, berusaha menenangkan hati dan perasaan nya.

Derren menghembuskan dan menarik nafas perlahan dengan berulang untuk menetralkan dirinya hingga ia benar-benar tenang. Derren melihat wajah Sifa dari kaca spion yang ternyata Sifa juga sedang melihatnya membuat Derren memberikan senyumnya pada Sifa. Tangan Derren mengusap tangan Sifa yang melingkar di pinggangnya, ia jadi sedikit lebih tenang karna Sifa, meskipun masih ada sisa-sisa air mata di pipinya, Sifa pun tetap membalas senyuman Derren dengan tulus. Seolah mengatakan kalau ia akan selalu bersamanya.

Derren menghentikan motornya di depan gedung apartemen. Setelah memarkirkan motornya, Derren turun terlebih dahulu dan menghadap Sifa yang masih duduk di jok motornya. Tangan Derren terangkat untuk menghapus air mata Sifa lalu menangkup wajah Sifa dengan kedua tangan nya, "Kenapa nangis Ay, hm?" tanya Derren lembut.

Tanpa menjawab pertanyaan Derren, Sifa tiba-tiba memeluk Derren dan menyandarkan kepalanya di dada Derren. Sedangkan Derren hanya tersenyum sembari mengusap kepala Sifa.

"Udah..." ucap Derren menenangkan. Perlahan Derren melerai pelukan nya lalu tersenyum lembut pada Sifa, mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja.

   Setelah dirasa Sifa sudah sedikit lebih tenang, Derren lalu menggandeng tangan Sifa untuk membawanya masuk dan menuju apartemen nya, "Ini apartemen kamu?" tanya Sifa dengan berjalan dan melihat-lihat gedung apartemen itu.

"Apartemennya mah di atas Ay," jawab Derren.

"Ishh, iyaa aku juga tau, maksudnya yang di atas itu apartemen kamu?" tanya Sifa lagi.

"Apartemen di atas mah banyak bukan cuma punya gue doang," jawab Derren lagi dengan menyebalkan.

"TERSERA!H" kesal Sifa membuat Derren tertawa senang karna berhasil mengerjai Sifa.

"Sensi banget." ucapnya namun Sifa tak menggubrisnya.

Derren dan Sifa menaiki lift menuju lantai 3 di mana letak apartemen nya berada.

"Eh tapi kamu mau ngapain bawa aku ke apartemen? jangan macem-macem ya kamu Al," Sifa memicing curiga menatap Derren membuat Derren menaikan satu alisnya.

"gue ke apartemen mah mau tidur, capek. Mana ada macem-macemin lo, badan tepos aja pede banget." cibir Derren tengil.

Sifa memukul lengan Derren kesal, "Nyenyenye, abis ini aku mau oprasi suntik yang kaya artis artis itu, biar bohay, biar ga tepos." ujar Sifa namun Derren justru tersenyum jahil.

DERREN'S STORY {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang